Pendahuluan Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia merupakan kondisi penurunan kadar serum albumin atau kurang dari 3,5 g/dL. Nilai normal kadar serum albumin tergantung usia, pada orang dewasa berkisar 3,5−4,5 g/dL. Albumin merupakan protein plasma yang disintesis oleh hepar, berfungsi sebagai protein pembawa serta pengikat berbagai substansi, seperti obat-obatan, hormon, ion, bilirubin, logam, dan asam lemak. Albumin plasma berkontribusi terhadap 80% tekanan onkotik koloid plasma normal, menjaga permeabilitas vaskular, mempertahankan permeabilitas kapiler, eliminasi radikal bebas, serta berperan sebagai antitrombosis.[1,2]
Kondisi hipoalbuminemia disebabkan oleh berbagai keadaan, antara lain sindrom nefrotik, sirosis hepatis, dan malnutrisi. Kadar albumin serum dapat menjadi petunjuk morbiditas, prognosis, dan mortalitas dari suatu penyakit akut maupun kronis. Kombinasi efek inflamasi dengan rendahnya asupan protein menyebabkan terjadinya hipoalbuminemia.[2-4]
Diagnosis hipoalbuminemia ditegakkan melalui pemeriksaan kadar serum albumin dalam darah. Manifestasi klinis hipoalbuminemia sangat bervariasi sesuai keadaan penyakit yang mendasari. Pitting edema dan edema sentral (asites dan efusi) merupakan salah satu manifestasi klinis hipoalbuminemia akibat penurunan tekanan onkotik plasma.[1,5,6]
Penatalaksanaan hipoalbuminemia meliputi dukungan nutrisi dan penatalaksanaan underlying disease. Pemberian terapi albumin oral maupun injeksi terbukti efektif meningkatkan kadar serum albumin pada penderita hipoalbuminemia berat. Diet tinggi protein cukup efektif untuk meningkatkan kadar serum albumin pada penderita hipoalbuminemia ringan.[6,7]