Patofisiologi Diabetes Insipidus
Patofisiologi diabetes insipidus dapat dibagi berdasarkan penyebab yang mendasari. Terdapat dua tipe utama diabetes insipidus, yaitu central diabetes insipidus, yang diakibatkan rendahnya produksi hormon vasopresin dari pituitari posterior, dan nephrogenic diabetes insipidus, yang disebabkan oleh resistensi ginjal terhadap hormon vasopresin. Pada wanita hamil, dapat terjadi gestational diabetes insipidus akibat vasopressinase yang dihasilkan plasenta.
Central Diabetes Insipidus
Patofisiologi cranial diabetes insipidus (CDI) adalah akibat rendahnya kadar hormon vasopresin atau antidiuretic hormone (ADH) di pituitari posterior. Penyebab CDI didapat bisa berupa sarkoidosis, kraniofaringioma, dan stroke iskemik.
Hormon vasopresin berfungsi sebagai antidiuresis di dalam tubuh dengan mengatur fungsi reabsorbsi air oleh ginjal. Bila terjadi defisiensi total, dapat terjadi poliuria hingga lebih dari 10 L per 24 jam. Imbalans cairan ini akan diseimbangkan oleh tubuh melalui mekanisme rasa haus.[7]
Nephrogenic Diabetes Insipidus
Nephrogenic diabetes insipidus (NDI) adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal untuk mengonsentrasikan urin, akibat terjadinya resistensi terhadap vasopressin. Pada NDI, terjadi defisiensi aquaporin (AQP) fungsional, yang mengakibatkan reabsorbsi yang dimediasi oleh AQP, melalui aktivasi reseptor vasopressin V2 (AVPR2), di duktus kolektivus yang seharusnya dapat meningkatkan kepekatan urin menjadi terhambat.[4]
Defek pada reseptor AVPR2 dapat terjadi akibat mutasi pada gen AVPR2 dan ACQP2. Selain itu defek AVPR2 juga dapat terjadi karena penggunaan obat-obatan, paling sering adalah karena lithium yang banyak digunakan pada gangguan bipolar.[6]
Gestational Diabetes Insipidus
Gestational diabetes insipidus (GDI) terjadi karena defisiensi hormon vasopresin, tetapi bukan akibat kerusakan hipofisis, maupun ginjal. Pada GDI, terjadi penghancuran vasopresin karena adanya vasopressinase yang dihasilkan oleh plasenta. Pasien yang menderita GDI memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena diabetes insipidus pada kehamilan selanjutnya dan terkena diabetes mellitus tipe 2.[2,7]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra