Diagnosis Hipokalsemia
Diagnosis hipokalsemia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan kadar kalsium maupun ion kalsium dalam serum dari pemeriksaan laboratorium darah. Seseorang dikatakan mengalami hipokalsemia jika kadar kalsium kurang dari 8,8 mg/dl, atau setara 2,2 mmol/l atau 4,4 mEq/l.
Kebanyakan kasus hipokalsemia kronis atau ringan tidak bergejala. Gejala timbul pada kasus awitan cepat atau derajat berat, terutama yang kadar kalsium turun secara drastis. Gejala yang dialami pasien dapat berupa kram otot, kelelahan, gangguan ingatan, dan kebas. Bentuk gejala yang lebih berat mencakup kejang, laringospasme, dan aritmia.[1-6]
Anamnesis
Hipokalsemia bisa asimptomatik. Bila timbul gejala, gejala hipokalsemia dapat bervariasi dari ringan hingga parah, dan dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh.
Gejala Neuromuskular
Gejala neuromuskular merupakan yang paling sering muncul pada kasus hipokalsemia akut. Gejala neuromuskular dapat berupa iritabilitas neuromuskular seperti parestesia, rasa kebas, dan kesemutan pada area perioral, tangan, atau kaki. Gejala neuromuskular juga bisa mencakup spasme karpopedal, kejang, dan lebih jarang laringospasme.
Gejala neuromuskular menjadi mengancam nyawa bila spasme terjadi pada otot pernapasan, kardiovaskular, atau bila semua otot mengalami spasme (tetani). Pada neonatus, penderita dapat tampak lemas sehingga kurang mampu untuk menyusu, ataupun mengalami kejang.[1-6,25]
Gejala Kardiovaskular
Hipokalsemia berat dapat mengganggu pertukaran ion dalam kanal kalsium jantung, sehingga memperpanjang gelombang QT yang bila tidak diperbaiki tepat waktu dapat bertransisi menjadi aritmia yang fatal seperti torsade de pointes atau fibrilasi ventrikel.[1-6,25]
Gejala Neuropsikiatrik
Hipokalsemia ringan dapat mengakibatkan penderita kebingungan, gelisah, atau kehilangan ingatan.[1-6]
Riwayat Penyakit Terkait
Riwayat penyakit terkait perlu dievaluasi untuk mendeteksi kemungkinan penyebab dasar timbulnya hipokalsemia. Penderita hipokalsemia bisa memiliki riwayat kerusakan tiroid atau paratiroid, misalnya akibat radiasi tiroid untuk kasus keganasan. Pasien juga mungkin mengalami malnutrisi atau malabsorbsi yang mengganggu penyerapan vitamin D dan kalsium.
Adanya gangguan fungsi ginjal, seperti pada gagal ginjal atau penyakit ginjal kronis, atau konsumsi diuretik juga dapat meningkatkan ekskresi kalsium dari ginjal dan menyebabkan hipokalsemia. Selain itu, alkoholisme kronis dapat menyebabkan gangguan pada metabolisme kalsium dan berkontribusi pada hipokalsemia. Evaluasi pula riwayat gizi pasien, termasuk pola makan dan asupan kalsium, vitamin D, dan magnesium.[1-6]
Hipokalsemia Neonatal
Hipokalsemia neonatal biasanya terjadi dalam 2 hari pertama kehidupan dan paling sering disebabkan oleh prematuritas, kecil untuk usia kehamilan, adanya diabetes atau hiperparatiroid pada ibu, dan asfiksia perinatal. Gejala yang bisa muncul pada neonatus antara lain hipotonia, takikardia, takipnea, apnea, kesulitan menyusu, gelisah, tetani, atau kejang.[1-6]
Hipokalsemia pada Kehamilan
Pada kehamilan, hipokalsemia ringan sering terjadi dan sebagian besar pasien tidak menunjukkan gejala. Bila timbul gejala, biasanya bersifat tidak spesifik seperti nyeri otot. Gejala lain yang timbul sama dengan gejala hipokalsemia pada orang dewasa pada umumnya. Walau demikian, hipokalsemia telah dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi pada kehamilan.[15]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat mengungkap temuan hiperestesia maupun parestesia ekstremitas. Hiperventilasi dapat ditemukan pada penderita dengan alkalosis. Penderita juga dapat mengalami tanda Trousseau, yakni spasme tangan (karpopedal) yang digambarkan dengan fleksi ibu jari, pergelangan tangan, dan sendi metakarpofalanegal dengan ekstensi jari lainnya ketika diberi tekanan dengan sfigmomanometer selama 2-3 menit.[1-6]
Spasme Otot
Kram otot atau spasme otot sering menjadi temuan yang mencolok pada pasien dengan hipokalsemia. Kejang otot dapat terjadi secara spontan atau dapat dipicu oleh rangsangan fisik seperti ketukan atau remasan pada otot.[1-6]
Tetani
Pada tingkat hipokalsemia yang lebih berat, tanda-tanda tetani dapat terlihat, termasuk tegangnya otot-otot wajah yang menyebabkan wajah menyerupai topeng, trismus, dan tetani laring.[1-6]
Tanda Neurologis
Pemeriksaan neurologis dapat mengungkapkan gejala seperti kesemutan, mati rasa, tremor, atau kelemahan otot. Pada hipokalsemia yang berat, pasien dapat mengalami gangguan kesadaran, kejang, atau bahkan koma.[1-6]
Pemeriksaan Jantung
Hipokalsemia dapat mempengaruhi fungsi jantung dan menyebabkan aritmia. Pemeriksaan jantung dapat menunjukkan tanda-tanda seperti denyut jantung yang tidak teratur, palpitasi, atau takikardia.[1-6]
Tanda Chvostek dan Trousseau
Tanda-tanda khas dari hipokalsemia adalah respons positif terhadap tes Chvostek dan Trousseau. Tes Chvostek melibatkan penekanan pada saraf fasial di depan telinga, yang menyebabkan kontraksi involunter otot wajah. Tes Trousseau melibatkan pengikatan tourniquet pada lengan selama beberapa menit, yang menyebabkan spasme tangan dan pergelangan tangan.[1-6]
Tanda Katarak
Hipokalsemia kronis yang tidak diobati dapat menyebabkan pengendapan kalsium pada lensa mata, yang dapat menghasilkan katarak.[1-6]
Diagnosis Banding
Kasus hipokalsemia berat yang menyebabkan kejang dapat didiagnosis banding dengan tetanus dan epilepsi, ataupun eklamsia pada ibu hamil. Pasien yang mengalami gejala kebas dan kesemutan dapat didiagnosis banding dengan neuropati perifer.[1-6]
Tetanus
Tetanus dibedakan dengan hipokalsemia dengan adanya riwayat luka yang berisiko tinggi tetanus, seperti tertusuk barang berkarat, luka kotor, atau tusukan dalam, dan pasien yang belum vaksinasi tetanus. Gejala pada tetanus berupa opistotonus dan diterapi dengan tetanus toxoid dan antitetanus serum.[1-6]
Epilepsi
Gejala kejang pada hipokalsemia sering terjadi tanpa adanya aura atau fokalitas, dan sering terjadi pada ekstremitas, wajah, atau mulut. Di sisi lain, epilepsi adalah gangguan neurologis kronis yang ditandai oleh kejang yang berulang dan seringkali disertai dengan aura atau gejala fokal sebelum kejang. Diagnosis epilepsi didasarkan pada sejarah klinis yang terperinci, pemeriksaan EEG, dan penilaian neurologis lengkap.[1-6]
Eklamsia
Eklamsia adalah komplikasi serius pada kehamilan yang ditandai oleh hipertensi, proteinuria, dan kejang yang disertai dengan gangguan kesadaran. Untuk membedakan dari hipokalsemia, pemeriksaan riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan serangkaian tes laboratorium seperti pemeriksaan kadar kalsium, tekanan darah, dan proteinuria diperlukan.[1-6]
Neuropati Perifer
Hipokalsemia seringkali menunjukkan gejala neurologis seperti kejang otot, tetani, tremor, dan perubahan mental yang dapat berkembang menjadi kejang yang parah atau gangguan kesadaran. Sementara itu, neuropati perifer biasanya ditandai oleh gejala sensorik dan motorik yang lebih fokal atau terlokalisasi, termasuk kesemutan, mati rasa, nyeri, lemah otot, atau kehilangan koordinasi.[1-6]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis hipokalsemia utamanya ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium untuk mengukur kadar kalsium dalam darah pasien. Pemeriksaan penunjang lain dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit yang mendasari terjadinya hipokalsemia ataupun komplikasi yang terjadi.[3-6]
Laboratorium
Hipokalsemia ditegakkan dengan pemeriksaan kadar kalsium maupun ion kalsium dalam serum. Pemeriksaan lain dapat meliputi kadar magnesium, albumin, fosfat, fungsi ginjal, vitamin D, dan hormon paratiroid untuk menilai etiologi hipokalsemia. Pemeriksaan kadar ion kalsium dan fosfat dalam urin 24 jam juga dapat dilakukan untuk menilai pembuangan dalam urin.[1-6,25,26]
Kadar Kalsium:
Pemeriksaan kalsium ion adalah metode definitif untuk mendiagnosis hipokalsemia. Rentang normal kalsium total dalam darah pada anak dan dewasa adalah sekitar 8,5 hingga 10,5 mg/dl (2,1-2,6 mmol/l). Rentang normal kalsium ion (ionized calcium) pada dewasa adalah sekitar 4,5 hingga 5,6 mg/dl.
Pada lansia, terutama setelah usia 65 tahun, kadar normal kalsium dalam darah dapat sedikit lebih rendah daripada pada dewasa muda. Rentang normalnya biasanya sekitar 8,5 hingga 9,9 mg/dl (2,15–2,5 mmol/l).
Neonatus sering memiliki kadar kalsium yang lebih tinggi daripada orang dewasa karena kebutuhan untuk pertumbuhan tulang dan perkembangan. Rentang normal kalsium total dalam darah pada neonatus adalah sekitar 8,5 hingga 11 mg/dl (2,2–2,7 mmol/l). Rentang normal kalsium ion dalam darah pada neonatus adalah sekitar 4,5 hingga 6 mg/dl.
Sementara itu, selama kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan kalsium untuk mendukung pertumbuhan janin dan persiapan untuk menyusui. Rentang normal kalsium total dalam darah pada ibu hamil umumnya tetap sama dengan dewasa, yaitu sekitar 8,5 hingga 10,5 mg/dl. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa kadar kalsium ion mungkin sedikit lebih rendah pada ibu hamil, berkisar antara 4,3 hingga 5,1 mg/dL.[1-6,15,27]
Kadar Hormon Paratiroid (PTH):
Pemeriksaan kadar PTH dalam darah dapat membantu dalam menentukan penyebab hipokalsemia. Baik hipoparatiroid ataupun hiperparatiroid dapat menyebabkan hipokalsemia.[1-6]
Kadar Vitamin D:
Pemeriksaan kadar vitamin D dalam darah dapat membantu menilai apakah hipokalsemia disebabkan oleh defisiensi vitamin D. Defisiensi vitamin D adalah penyebab umum hipokalsemia dan dapat diatasi dengan suplementasi vitamin D.[1-6]
Pemeriksaan Fungsi Ginjal:
Karena ginjal berperan penting dalam metabolisme kalsium, pemeriksaan fungsi ginjal seperti kreatinin serum dan estimasi laju filtrasi glomerulus (eGFR) mungkin diperlukan untuk menilai kemungkinan penyebab hipokalsemia yang terkait dengan gangguan ginjal.[1-6]
Elektrokardiografi (EKG)
Hipokalsemia dapat menyebabkan gangguan irama jantung, termasuk pemanjangan interval QT dan fibrilasi ventrikel. Hipokalsemia juga bisa menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung, menimbulkan gambaran seperti gagal jantung dan iskemia jantung.[3]