Pendahuluan Penyakit Hashimoto
Penyakit Hashimoto merupakan salah satu bentuk dari hipotiroidisme. Penyakit Hashimoto juga sering dikenal sebagai Hashimoto tiroiditis, limfositik tiroiditis kronik, dan tiroiditis autoimun kronik. Infiltrasi limfositik, terutama sel T, pada kelenjar tiroid merupakan fitur utama pada penyakit tiroid autoimun, seperti penyakit Hashimoto. Proses autoimun dan inflamasi pada jaringan tiroid dapat menyebabkan kerusakan kelenjar tiroid dengan menyebabkan fibrosis dan atropi tirosit secara perlahan.[1,2]
Penyakit Graves terkadang dapat berkembang menjadi tiroiditis Hashimoto dan sebaliknya. Kedua kelainan ini berkaitan secara patofisiologis. Sekitar 15-20% pasien dengan penyakit Graves telah dilaporkan mengalami penyakit Hashimoto akibat tiroiditis kronis.
Diagnosis penyakit Hashimoto merupakan suatu tantangan bagi klinisi. Gejala sistemik pada awal tahap penyakit Hashimoto sering tidak spesifik dan terlewat oleh dokter. Oleh karena itu, penyakit Hashimoto umumnya terdeteksi setelah proses penyakit lanjut. Dokter perlu mewaspadai timbulnya koma miksedema yang memiliki angka mortalitas mencapai 60%.
Secara umum, tanda dan gejala pada penyakit Hashimoto serupa dengan kasus hipotiroid pada umumnya. Manifestasi klinis dapat mencakup fatigue, muka bengkak (puffy face), lemah otot, peningkatan berat badan, kulit kering, dan gondok atau pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan laboratorium pada penyakit Hashimoto akan menunjukkan peningkatan thyroid-stimulating hormone (TSH) dan rendahnya kadar tiroksin (T4). Peningkatan antibodi antitiroid peroksidase (anti-TPO) menjadi salah satu karakteristik dari penyakit Hashimoto.[2,3]
Terapi utama penyakit Hashimoto adalah dengan terapi pengganti hormon tiroid. Obat pilihan utama yang disarankan adalah levotiroksin 4 (L-T4) yang dikonsumsi per oral setiap hari. Tindakan bedah jarang diperlukan dan hanya dilakukan apabila massa tiroid sudah mengganggu aktivitas pasien, terdapat kecurigaan keganasan, atau terdapat keperluan kosmetik.[1,2]