Penatalaksanaan Penyakit Hashimoto
Tujuan utama penatalaksanaan penyakit Hashimoto adalah untuk mengontrol hipotiroid. Pasien diberikan obat pengganti hormon tiroid, seperti levotiroksin. Selain itu, perlu dilakukan pengawasan adanya miksedema dan koma miksedema. Koma miksedema merupakan kegawatdaruratan medis dengan tingkat mortalitas mencapai 60%.
Terapi Pengganti Hormon Tiroid
Terapi pengganti hormon tiroid merupakan pilihan utama terapi penyakit Hashimoto. Obat pilihan yang disarankan adalah levotiroksin 4 (L-T4) secara oral. Levotiroksin lebih disarankan penggunaannya dibandingkan terapi lainnya dikarenakan lebih aman, efektif, dan terbukti dapat meredakan gejala dan menormalisasi hasil laboratorium pada kebanyakan pasien hipotiroid.
Durasi Terapi
Terapi ini digunakan seumur hidup dengan target kadar Thyroid-stimulating hormone (TSH) normal. Absorpsi levotiroksin dapat terganggu jika diberikan bersamaan dengan suplemen kalsium, alumunium hidroksida, dan proton pump inhibitor (PPI) seperti omeprazole.[1,3,9]
Dosis
Dosis levotiroksin yang disarankan adalah 1,6 hingga 1,8 mcg/kgBB, diberikan secara oral setiap hari. Pada pasien dengan usia di atas 50 tahun, dosis yang diberikan dimulai dengan 25 mcg/hari. Dosis dievaluasi ulang setiap 6-8 minggu.
Pada pasien hamil, dosis levotiroksin perlu ditingkatkan sebesar 30%.[1,3,9]
Pada anak, dosis awal levotiroksin yang disarankan adalah 1-2 mcg/kgBB/hari. Akan tetapi, pada pasien anak penyakit Hashimoto dengan hipotiroid subklinis, pemberian levotiroksin hanya direkomendasikan apabila TSH > 10 ìU/mL.[13]
Pembedahan
Tindakan bedah jarang diperlukan pada penyakit Hashimoto. Tindakan bedah tiroid dilakukan apabila pasien memiliki indikasi berikut:
- Massa tiroid yang sudah menyebabkan gejala obstruktif, seperti disfagia, disfonia, dan dispnea.
- Penemuan nodul malignan pada pemeriksaan sitologi
- Penemuan limfoma pada pemeriksaan sitologi
- Keperluan kosmetik[1,3]