Prognosis Abses Perianal
Prognosis abses perianal pada umumnya baik, terutama jika dilakukan drainase dengan adekuat. Namun, sebagian pasien dapat mengalami rekurensi abses perianal atau perkembangan abses menjadi fistula ani. Prognosis dapat menjadi kurang baik pada pasien dengan gangguan imun, sebab abses dapat terlambat didiagnosis dan telah mengalami komplikasi menjadi gangren Fournier.[6]
Komplikasi
Komplikasi akibat abses perianal, antara lain fistula ani, perianal sepsis, selulitis, dan necrotizing soft tissue infection. Kondisi-kondisi tersebut disebabkan oleh penyebaran atau perluasan infeksi. Jika tidak ditangani, maka dapat menyebabkan kematian.
Fistula ani dapat terbentuk pada 30–60% pasien abses anorektal. Fistula dapat terbentuk akibat obstruksi kelenjar anal atau kripta anal. Selain itu, fistula disebabkan oleh divertikulitis, inflammatory bowel disease, keganasan, dan infeksi, misalnya tuberkulosis atau actinomycosis. Pasien juga dapat mengalami inkontinensia alvi, baik akibat abses sendiri atau setelah pembedahan.[2,4]
Prognosis
Prognosis abses perianal pada umumnya baik, terutama jika dilakukan drainase dengan adekuat. Meskipun demikian, rekurensi setelah drainase dilaporkan terjadi pada 10% kasus. Rekurensi sering kali terjadi dalam jangka waktu setahun setelah pengobatan.
Hal-hal yang diketahui meningkatkan risiko rekurensi adalah usia di bawah 40 tahun, drainase yang inadekuat, horseshoe-type abscess, dan kegagalan fistulotomi primer. Rekurensi dapat dicegah dengan melakukan insisi sedekat mungkin dengan anal verge, yaitu perbatasan antara kanal anal dengan anus.
Pasien dengan gangguan sistem imun, seperti terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV) atau diabetes, penderita Crohn’s disease terkadang abses lebih sulit dikenali, sehingga diagnosis terlambat. Akibatnya, abses dapat berkembang menjadi gangren Fournier, yang berisiko fatal.
Prognosis juga dapat menjadi kurang baik bila pasien mengalami fistula. Fistula dapat terjadi akibat terjadi akibat komplikasi abses maupun setelah dilakukan insisi dan drainase. Hal ini tentu memperburuk prognosis pasien.[3,6]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra