Pendahuluan Atresia Esofagus
Atresia esofagus adalah anomali kongenital dimana saluran esofagus tidak terbentuk secara sempurna saat janin di dalam kandungan. Penyakit ini sering kali disertai fistula yang terhubung dengan trakea (tracheoesophageal fistula/TEF).[1]
Atresia esofagus selain dapat mengganggu pemberian makan bayi, juga dapat menyebabkan terjadinya aspirasi air liur. Pada atresia esofagus yang disertai dengan tracheoesophageal fistula (TEF), air liur atau cairan asam lambung dapat langsung masuk ke dalam percabangan trakeobronkial.[1]
Gambar 1. Atresia Esofagus Sebelum (Gambar A dan B) dan Setelah Anastomosis (Gambar C). Sumber: Openi, 2017.
Anomali dalam proses pembentukan esofagus terjadi pada usia kehamilan 4 minggu akibat kelainan yang timbul saat proses pemisahan trakea dan esofagus dari primitive foregut. Angka insidensi sekitar 1:4.500 kelahiran hidup dengan kejadian pada laki–laki sedikit lebih tinggi (59%).[1,2]
Atresia esofagus sering kali menjadi bagian dari sindrom anomali kongenital yang dikenal dengan sebutan sindrom VACTERL:
- V/vertebral defects
- A/anorectal malformations, seperti atresia ani
- C/cardiovascular defects
- T/tracheoesophageal defects
- R/renal anomalies
- L/limb deformities[2]
Pada pasien dengan atresia esofagus, dokter harus mencari ada tidaknya anomali lain yang merupakan bagian dari sindrom VACTERL ini.[2]
Karakteristik klinis atresia esofagus adalah 3C, yaitu choking, coughing, dan cyanosis. Diagnosis atresia esofagus dapat ditegakkan melalui pemasangan nasogastric tube atau orogastric tube. Adanya gambaran ketidakmampuan pemasangan nasogastric tube atau orogastric tube dengan pemantauan melalui rontgen dapat menegakkan diagnosis atresia esofagus.[3–5,22]
Tata laksana atresia esofagus dilakukan dengan stabilisasi hemodinamik dan intubasi untuk mencegah aspirasi, pemberian nutrisi parenteral total (TPN), serta puasa per oral. Setelah stabilisasi hemodinamik, konsul ke spesialis bedah anak diperlukan untuk tindakan operasi. Saat ini melalui pembedahan dan tingkat keberhasilannya telah sangat tinggi dengan angka harapan hidup pasien atresia esofagus dapat melebihi 90%.[3–5,22]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli