Prognosis Atresia Esofagus
Prognosis pada pasien dengan atresia esofagus biasanya lebih baik pada mereka yang tanpa anomali kongenital tambahan, seperti sindrom VACTERL.[22]
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien atresia esofagus, dapat dibagi menjadi komplikasi ringan dan berat serta komplikasi akibat pembedahan yang terbagi pula menjadi komplikasi early dan late.
Komplikasi Ringan Atresia Esofagus
Komplikasi ringan atresia esofagus terdiri dari:
Komplikasi Berat Atresia Esofagus
Komplikasi berat atresia esofagus terdiri dari:
- Metaplasia gastrik pada esofagus
- Metaplasia intestinal
Adenokarsinoma esofagus[1,4,5,24]
Komplikasi Early akibat Pembedahan
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi adalah sebagai berikut:
- Kebocoran anastomosis
- Rekurensi
- Striktur anastomosis[1,4,5,24]
Komplikasi Late akibat Pembedahan
Komplikasi late yang perlu diwaspadai setelah operasi, yaitu:
- Dismotilitas usus
- Trakeomalasia[1,4,5,24]
Prognosis
Prognosis atresia esofagus lebih banyak dipengaruhi oleh komplikasi pasca pembedahan di masa awal kehidupan pasien. Komorbid tersering adalah disfagia (72%) dan gastroesophageal reflux (GER) (67%).[25]
Adanya GER kronik pasca terapi pembedahan dapat menyebabkan kerusakan mukosa esofagus, striktur esofagus, Barrett’s esophagus dan adenokarsinoma esofageal. Beberapa studi jangka panjang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan risiko Barrett’s esophagus dan esophageal carcinoma pada pasien atresia esofagus, yang telah terjadi sejak usia muda.[25]
Saat ini, terdapat dua klasifikasi yang sering digunakan untuk menilai prognosis pasien atresia esofagus, yaitu Klasifikasi Waterstone dan klasifikasi Spitz.[1,19]
Klasifikasi Waterstone
Faktor risiko yang dinilai pada klasifikasi Waterstone adalah berat badan lahir rendah, serta ada tidaknya pneumonia dan anomali kongenital yang berhubungan.[19]
Berdasarkan klasifikasi ini, pasien kemudian dikategorikan berdasarkan kelompok, yaitu kelompok A dengan berat lahir >2.500 gram, dengan tanpa komplikasi lainnya, kelompok B dengan berat lahir di antara 1.800–2.500 gram tanpa komplikasi lainnya atau berat lahir lebih dari 2.500 gram dengan pneumonia sedang/anomali kongenital.
Sedangkan yang termasuk kelompok C adalah berat lahir <1.800 gram, dengan tidak disertai komplikasi lainnya atau berat lahir >2.500 gram dengan pneumonia berat atau anomali kongenital berat.[19]
Klasifikasi Spitz
Klasifikasi kedua adalah klasifikasi Spitz. Pada klasifikasi ini, faktor risiko yang dinilai adalah berat lahir dengan batas 1500 gram dan kelainan kongenital jantung mayor. Klasifikasi ini membagi pasien menjadi kelompok I pada pasien dengan berat lahir >1500 gram, tanpa anomali kardiak, kelompok II berat lahir <1500 gram atau adanya anomali kardiak dan kelompok III dengan berat lahir <1500 gram dengan anomali kardiak.[19]
Hubungan antara Klasifikasi Waterstone dan Spitz dan Tingkat Mortalitas Pasien
Kedua klasifikasi tersebut membandingkan keadaan praoperasi dengan luaran yang dihasilkan sehingga dapat menentukan prognosis.
Tingkat mortalitas untuk kriteria Spitz adalah sebagai berikut:
- Kelompok I: 3%
- Kelompok II: 41%
- Kelompok III: 78%[9]
Sementara itu, tingkat survival rate untuk kriteria Waterstone adalah sebagai berikut:
- Kelompok A: 5%
- Kelompok B: 15%
- Kelompok C: 35%[19]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli