Pendahuluan Gagal Hati
Gagal hati akut merupakan perkembangan yang cepat dari kerusakan fungsi hati dengan karakteristik berupa kondisi tidak normal dari pemeriksaan fungsi hati tanpa adanya penyakit hati kronik yang mendasari.[1]
Gagal hati akut digambarkan sebagai adanya perkembangan koagulopati dan penurunan tingkat kesadaran terkait dengan gangguan fungsi hati yang disebut ensefalopati hepatikum.[2]
Gagal hati akut memiliki tiga subkategori yakni gagal hati hiperakut, gagal hati akut (fulminan), gagal hati subakut (subfulminan). Selain gagal hati akut, ada yang dikenal dengan gagal hati acute on chronic dimana pasien memiliki riwayat penyakit hati sebelumnya namun tanpa sirosis dan gagal hati acute on cirrhosis yang merupakan kondisi dimana sirosis terjadi pada hati.[1]
Patofisiologi gagal hati akut adalah terjadinya nekrosis dan apoptosis yang menyebabkan aktivasi kaskade dan semakin meningkatnya komponen stress oksidatif sehingga kematian hepatosit makin meningkat.[3,4,5]
Hal yang hampir sama terjadi pada gagal hati acute on chronic, dimana terjadi penurunan motilitas usus, peningkatan pH gaster, penurunan konsentrasi asam empedu menyebabkan pertumbuhan bakteri abnormal yang disebut disbiosis. Disbiosis ini berperan dalam mengaktifkan sitokin inflamasi dan menyebabkan kegagalan multiorgan.[6,7]
Berbagai etiologi turut berperan dalam perkembangan gagal hati akut yakni obat-obat tertentu salah satunya overdosis paracetamol, bahan toksik, infeksi virus hepatitis maupun non-hepatotropik, penyakit autoimun, oklusi vaskuler, hepatitis iskemik, Wilson Disease, infiltrasi keganasan, dan kehamilan. Sedangkan etiologi gagal hati acute on chronic yakni dipengaruhi dua faktor yakni intrahepatik (hepatitis akut dan alkohol) dan ekstrahepatik (infeksi).[6,8]
Faktor risiko gagal hati akut meliputi overdosis obat dan konsumsi obat hepatotoksik berkepanjangan, infeksi virus hepatitis akut, dan riwayat konsumsi alkohol.[9]
Diagnosis gagal hati memerlukan anamnesis yang kuat terkait gejala, faktor risiko dan etiologi. Pemeriksaan fisik dan penunjang diperlukan untuk memberikan informasi tambahan terkait etiologi sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat.
Penatalaksanaan gagal hati dapat diberikan sesuai etiologi yang mendasari. Secara umum manajemen gagal hati meliputi tatalaksana non medikamentosa, medikamentosa dan pembedahan. Penatalaksanaan medikamentosa disesuaikan dengan etiologi dan transplantasi hati merupakan terapi definitif pada gagal hati.[3]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja