Pendahuluan Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah kondisi akumulasi bilirubin dalam darah dengan kadar >3 mg/dL, misalnya akibat hepatitis A, anemia hemolitik, kanker pankreas, ataupun ikterus neonatorum. Hiperbilirubinemia dapat terjadi karena produksi bilirubin yang berlebih, gangguan fungsi hepar, atau ekskresi bilirubin yang terganggu.[1,2]
Etiologi hiperbilirubinemia dibagi menjadi intrahepatik dan ekstrahepatik. Hiperbilirubinemia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan hiperbilirubinemia terkonjugasi dan tidak terkonjugasi.[1,2,9]
Hiperbilirubinemia dapat memiliki manifestasi klinis asimtomatis maupun dengan keluhan. Keluhan yang timbul antara lain warna kulit menjadi kekuningan, gatal, nyeri perut, nyeri sendi, serta perubahan pada urin dan feses. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan perubahan warna pada organ, seperti sklera, mukosa, dan kulit, karena bilirubin mengalami penumpukan pada jaringan–jaringan tersebut.[1,2,9]
Pemeriksaan penunjang pada hiperbilirubinemia terdiri dari pemeriksaan laboratorium darah lengkap, bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin indirek, alanin transaminase (ALT), aspartat transaminase (AST), alkali fosfatase (ALP), gamma glutamyl–transferase (GGT), waktu protrombin (PT), international normalized ratio (INR), albumin, protein, dan pemeriksaan radiologi sesuai indikasi.
Tata laksana, prognosis, dan komplikasi hiperbilirubinemia bergantung pada jenis hiperbilirubinemia dan penyakit yang mendasari. Contoh penyakit yang bisa menyebabkan hiperbilirubinemia adalah hepatitis A, hepatitis B, dan kolesistitis.[1,2]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli