Epidemiologi Non-alcoholic Fatty Liver
Data epidemiologi memperkirakan bahwa angka kejadian non-alcoholic fatty liver (NAFL) atau perlemakan hati non-alkoholik akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya prevalensi obesitas, diabetes mellitus, dan sindrom metabolik.[2,3,12]
Global
Insidensi dan prevalensi NAFL terus meningkat di seluruh dunia, seiring dengan meningkatnya insidensi dan prevalensi obesitas, diabetes mellitus tipe 2, dan dislipidemia. Prevalensi global NAFL di antara pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilaporkan sebesar 55,5%, di mana hingga 10–20% pasien telah mengalami fibrosis.
Meta-analisis dari 18 studi di Asia Pasifik mengindikasikan bahwa insidensi tahunan NAFL terkait masalah metabolik di Asia sebesar 50,9 kasus per 1000 orang-tahun. Populasi Asia lebih rentan mengalami steatosis hingga sirosis pada berat badan yang lebih rendah ketimbang populasi kulit putih.[2,3,12]
Indonesia
Saat ini belum ada data spesifik terbaru mengenai epidemiologi NAFL di Indonesia. Meski begitu, mengingat tingginya angka gangguan metabolik di Indonesia, insiden NAFL diperkirakan akan sama besar atau bahkan lebih besar ketimbang angka insiden di Asia Pasifik.
Mortalitas
Pasien dengan NAFL memiliki risiko yang meningkat untuk mengalami morbiditas serius, termasuk perkembangan sirosis, gagal hati, dan kanker hati. Tingginya risiko penyakit kardiovaskular juga terkait erat dengan NAFL, yang juga akan meningkatkan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular.
Berdasarkan studi di Swedia, laju mortalitas meningkat seiring meningkatnya progresi NAFL dan fibrosis hepar. Angka mortalitas keseluruhan NAFL diperkirakan mencapai 28,6/1000 orang tahun.[13]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra