Pendahuluan Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan sindrom kegagalan sumsum tulang, yang ditandai dengan pansitopenia darah tepi dan hipoplasia sumsum tulang. Pansitopenia ini menyebabkan gejala mudah lelah dan pucat, sering memar, serta mudah terkena infeksi.[1-8]
Anemia aplastik dapat terjadi akibat kerusakan langsung pada sumsum tulang (akibat obat, bahan kimia, radiasi, atau infeksi virus), defek genetik, atau akibat kelainan imunitas. Selain itu, terdapat juga kasus anemia aplastik idiopatik.[1-9]
Pada anamnesis, dokter perlu menggali gejala anemia seperti mudah lelah, gejala leukositopenia seperti riwayat infeksi berulang, dan gejala trombositopenia seperti perdarahan mukosa. Pada pemeriksaan fisik, dokter dapat menemukan tanda anemia, lebam, petekie, purpura, serta perdarahan mukosa gusi. Selain itu, dokter dapat juga menemukan manifestasi klinis yang berhubungan dengan sindrom bawaan spesifik, misalnya lesi café-au-lait.
Diagnosis anemia aplastik dikonfirmasi melalui pemeriksaan penunjang seperti darah lengkap, apusan darah tepi, tes fungsi hati dan ginjal, serta pemeriksaan aspirasi dan biopsi sumsum tulang.[1-10]
Penatalaksanaan anemia aplastik terdiri dari terapi suportif, terapi imunosupresi dan transplantasi sel hematopoietik. Terapi suportif meliputi transfusi produk darah, terapi infeksi, dan pemberian growth factors. Terapi imunosupresi dapat berupa kombinasi antithymocyte globulin dan siklosporin A. Transplantasi sel hematopoietik umumnya menggunakan human leukocyte antigen-matched dari saudara atau dari donor lain yang tidak berhubungan (unrelated).[1-5,8-15]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur