Etiologi Anemia Aplastik
Etiologi anemia aplastik adalah kelainan genetik atau kerusakan pada stem cell atau sumsum tulang. Kerusakan tersebut dapat terjadi akibat kelainan imun, penggunaan obat tertentu, paparan bahan kimia toksik, radiasi, infeksi virus, hingga idiopatik.[1-7]
Kelainan Genetik
Sejumlah kelainan genetik yang terbukti berhubungan dengan anemia aplastik adalah anemia Fanconi dan penyakit telomer, sindrom Shwachman-Diamond, paroksismal nokturnal hemoglobinuria, dan sindrom mielodisplasia.[1-7]
Anemia Fanconi
Anemia Fanconi dapat menimbulkan anemia aplastik lewat mekanisme deficient repair of interstrand DNA cross-links. Kelainan ini terjadi karena defek genetik pada gen 17 FANC. Karakteristik klinisnya adalah lesi café-au-lait, tubuh pendek, anomali skeletal dan urogenital.[1-7]
Penyakit Telomer
Sel darah pada pasien dengan penyakit ini memiliki telomer yang pendek. Contoh penyakit telomer yang berhubungan dengan anemia aplastik adalah diskeratosis kongenital dan mutasi genetik pada TERT atau TERC (familial aplastic anemia). Pada penyakit ini, terjadi defisiensi perbaikan telomer yang mengganggu kapasitas sel stem hematopoietik untuk memperbaiki DNA yang rusak.[1-7]
Sindrom Shwachman-Diamond
Sindrom ini disebabkan oleh mutasi gen SBDS. Penyakit ini ditandai oleh disfungsi eksokrin pankreas dan sitopenia single or multiple lineage.[1-7]
Paroksismal Nokturnal Hemoglobinuria
Ada hubungan dekat antara anemia aplastik dan paroksismal nokturnal hemoglobinuria. Gangguan klonal ini terjadi pada mutasi gen PIG-A yang menyebabkan hilangnya protein CD59 pada permukaan sel-sel darah, yang mengurangi kemampuan mereka untuk bertahan terhadap destruksi oleh komplemen.[3-7]
Sindrom Mielodisplasia
Sel stem hematopoietik yang mengalami displasia pada sindrom mielodisplasia akan menjadi sasaran destruksi imun atau ditekan oleh limfosit T. Proses ini menyebabkan hipoplasia sumsum tulang yang menjadi karakteristik anemia aplastik.[3-7]
Obat-Obat Tertentu
Obat yang menimbulkan aplasia sumsum tulang dapat bersifat dose-dependent atau bereaksi idiosinkratik. Obat yang bersifat dose-dependent tersebut adalah kemoterapi sitotoksik, misalnya mercaptopurine dan azathioprine. Sementara itu, obat dengan reaksi idiosinkratik meliputi carbamazepine, phenytoin, sulfonamides, chloramphenicol, indometasin, methimazole, propylthiouracil, aurum, dan arsenik.[1-5]
Radiasi
Semua paparan radiasi baik dalam bentuk pengobatan (radioterapi) maupun bukan pengobatan dapat menimbulkan hipoplasia sumsum tulang. Hubungan ini umumnya juga bersifat dose-dependent.[1-5]
Bahan Kimia Toksik
Bahan kimia toksik yang terbukti menyebabkan anemia aplastik adalah benzena dan pestisida. Seperti obat-obatan dan radiasi, anemia aplastik akibat paparan bahan kimia toksik juga bersifat dose-dependent.[1-5]
Infeksi Virus
Infeksi virus yang berhubungan dengan terjadinya anemia aplastik adalah infeksi virus Epstein-Barr, HIV, virus herpes, dan hepatitis seronegatif.[1-5]
Gangguan Imun
Gangguan imun yang berhubungan dengan anemia aplastik adalah eosinofilik fasciitis, sistemik lupus eritematosus, dan penyakit graft vs host.[1-5]
Faktor Risiko
Faktor risiko anemia aplastik adalah kelainan genetik seperti penyakit telomer, sindrom mielodisplasia, dan anemia Fanconi. Selain itu, obat-obatan tertentu, paparan radiasi, paparan bahan kimia toksik, infeksi virus, dan penyakit imun tertentu juga merupakan faktor risiko seperti yang telah dijabarkan di atas.[1-5]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur