Diagnosis Eosinofilia
Dalam proses diagnosis eosinofilia, penyebab yang mendasari harus dicari dan kemungkinan kerusakan organ terkait eosinofil harus dievaluasi. Semua pasien perlu menjalani hitung darah lengkap, pemeriksaan film darah, fungsi ginjal dan hati, profil tulang, laktat dehidrogenase, laju sedimentasi eritrosit, dan C reactive protein (CRP).
Pasien dengan eosinofilia ringan hingga sedang dan secara umum sehat, umumnya tidak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Pasien dengan gejala sistemik dan eosinofilia persisten perlu dipertimbangkan untuk pengujian tambahan untuk mencari penyebab yang mendasari.[2]
Kadar Hitung Eosinofil Absolut
Kadar hitung eosinofil absolut merefleksikan jumlah eosinofil yang ditemukan pada darah perifer. Penting untuk dicatat bahwa kadar hitung eosinofil absolut tidak mengidentifikasi penyebab eosinofilia dan juga tidak menentukan tingkat kerusakan organ.
Meski begitu, kadar yang ekstrem dapat membantu dokter untuk memahami spektrumnya. Sebagai contoh, eosinofilia berat, di atas 20.000/mcl dapat terlihat pada reaksi hipersensitivitas obat atau neoplasma mieloid, sedangkan kadar yang rendah dapat mengarah pada penyakit lain seperti asthma, rhinitis alergi, atau dermatitis atopik. Hal yang tidak kalah penting untuk diingat adalah bahwa semua pasien dengan eosinofil di atas 1500/mcl harus dievaluasi untuk sindrom hipereosinofilia.
- Eosinofilia: Kadar hitung eosinofil ≥500/mcl
- Hypereosinofilia: Kadar hitung eosinofil ≥1500/mcl dengan atau tanpa end-organ damage
- Sindrom hipereosinofilia (HES): Kadar hitung eosinofil ≥1500/mcl dalam 2 kesempatan pemeriksaan dengan jarak lebih dari 1 bulan; disertai disfungsi organ yang disebabkan oleh eosinofilia[16-18]
Anamnesis
Anamnesis dilakukan mengarah ke diagnosis penyakit etiologi eosinofilia yang bervariasi, sehingga anamnesis perlu dilakukan dengan lengkap. Keluhan terkait berbagai sistem organ, seperti kulit, pernapasan, maupun pencernaan dapat dialami oleh pasien. Pasien dapat mengalami keluhan umum, seperti demam, keringat malam hari, lemas, nyeri otot, hingga penurunan berat badan. Keluhan dapat disebabkan oleh kondisi, seperti infeksi, keganasan, sindrom Churg-Strauss, maupun drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS) syndrome.
Ruam pada kulit disertai dengan gatal dapat dialami pada dermatitis maupun cutaneous T cell lymphoma. Pada etiologi yang melibatkan saluran napas, seperti aspergillosis, rhinitis alergi, asthma, maupun sindrom Churg-Strauss, pasien dapat mengalami keluhan terkait pernapasan, seperti batuk dan sesak.
Selain keluhan pasien, anamnesis perlu dilakukan untuk mengetahui riwayat bepergian, pekerjaan, pengobatan, kontak dengan pasien infeksi tertentu, maupun riwayat alergi sebelumnya. Hal ini diperlukan untuk menggali kemungkinan penyebab infeksi menular, seperti schistosomiasis, cutaneous larva migrans, dan skabies.
Manifestasi Klinis Berdasarkan Sistem
Berikut adalah manifestasi klinis eosinofilia selengkapnya berdasarkan sistem organ:
- Konstitusional: Demam, keringat malam, penurunan berat badan yang tidak disengaja, kelelahan
- Kulit: Ruam, pruritus, urtikaria, angioedema, abses
- Jantung: Dispnea, nyeri dada, palpitasi, gejala gagal jantung
- Pernapasan: Hidung tersumbat, mengi, batuk, sesak
- Gastrointestinal: Penurunan berat badan, sakit perut, disfagia, mual, muntah, diare, intoleransi makanan, perubahan tinja
- Sistem saraf: Transient ischemic attack, kejadian serebrovaskular, perubahan perilaku, kebingungan, gangguan keseimbangan, kehilangan memori, perubahan penglihatan, mati rasa
- Lainnya: Termasuk gejala yang disebabkan oleh limfadenopati atau hepatosplenomegali, keluhan okular, keluhan genitourinari, mialgia, artralgia, dan anafilaksis[1,2,4,6,7,13]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik perlu dilakukan secara menyeluruh dan lengkap terhadap pasien, terutama pada pemeriksaan kulit, jantung, saluran napas, hingga pemeriksaan neurologis. Ruam kulit, seperti urtikaria, purpura, nodul, hingga ulkus dapat ditemukan sebagai manifestasi kulit penyakit infeksi, dermatitis, hingga keganasan.
Pada pemeriksaan auskultasi, ronkhi dan wheezing dapat ditemukan pada keterlibatan saluran napas. Penyakit terkait myeloid maupun keganasan dapat disertai dengan adanya limfadenopati maupun splenomegali. Penyakit dengan keterlibatan neurologis, seperti keganasan, hipersensitivitas obat, dan infestasi parasit tertentu, seperti Angiostrongylus, Gnathostomiasis, dan Coccidioidomycosis dapat menyebabkan munculnya rangsang meningeal.[1,2,4,6,7,13]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding eosinofilia diperlukan terkait penyakit yang mendasari timbulnya peningkatan kadar eosinofil. Secara garis besar, etiologi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi etiologi primer dan sekunder.
Eosinofilia Primer
Eosinofilia primer terjadi akibat proliferasi eosinofil yang terkait dengan penyakit hematologi. Eosinofilia primer disebut juga sebagai eosinofilia klonal. Kondisi medis yang dapat menyebabkan eosinofilia primer antara lain chronic eosinophilic leukemia, neoplasm myeloid dan limfoid, eosinofilia herediter, dan idiopathic hypereosinophilic syndrome.[1,2,4-6]
Eosinofilia Sekunder
Eosinofilia sekunder disebabkan oleh penyakit di luar hematologi. Eosinofilia sekunder merupakan etiologi tersering eosinofilia. Eosinofilia sekunder dapat disebabkan oleh infeksi seperti ankilostomiasis dan askariasis, alergi seperti pada sindroma Stevens-Johnson dan dermatitis atopik, maupun keganasan seperti limfoma Hodgkin.
Penyakit lain yang dapat menimbulkan eosinofilia adalah reactive pulmonary eosinophilia, tropical eosinophilia, pankreatitis, eosinophilic esophagitis, dan eosinophilic gastroenteritis.[1,2,4-6]
Erupsi Obat
Eosinofilia dapat timbul akibat reaksi terhadap berbagai obat. Pada kondisi yang berat, dapat terjadi reaksi fatal yang disebut sebagai drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS). Gejala DRESS dapat menetap bahkan dalam hitungan tahun setelah obat yang menyebabkan dihentikan.[1,2,4-6]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai kecurigaan etiologi eosinofilia. Pemeriksaan penunjang dapat yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan pencitraan.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang utama adalah pemeriksaan darah lengkap disertai dengan hitung jenis. Pemeriksaan darah lengkap ini perlu dilakukan dengan berkala bila didapatkan adanya peningkatan eosinofilia untuk mengetahui adanya eosinofilia persisten.
Selain itu, pemeriksaan lain yang mungkin bermanfaat sesuai indikasi adalah pengukuran kadar glukosa darah, profil lipid, serta fungsi hati dan ginjal. Pemeriksaan darah tepi juga dapat dilakukan untuk menilai adanya sel yang mengalami displasia.
Pemeriksaan laboratorium yang lebih spesifik dapat dilakukan bila hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarah ke suatu penyakit tertentu. Pasien dengan rhinitis alergi dapat menjalani pemeriksaan swab hidung untuk menilai adanya eosinofilia pada jaringan serta adanya bakteri atau virus tertentu untuk menyingkirkan diagnosis infeksi. Pemeriksaan dahak dapat dilakukan pada pasien dengan asthma maupun kecurigaan infeksi pada saluran napas.
Pada kecurigaan keterlibatan infesiasi parasit, pemeriksaan feses dapat dilakukan. Biopsi sumsum tulang perlu dijalani oleh pasien dengan kecurigaan keganasan. Biopsi kulit juga dapat dilakukan bila terdapat ruam pada kulit.[1,2,4,6,7,13]
Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan dilakukan secara spesifik bila terdapat sistem organ yang dicurigai terdampak dengan penyakit etiologi eosinofilia. Pemeriksaan rontgen toraks merupakan pemeriksaan pencitraan dasar yang dapat dilakukan pada pasien dengan keterlibatan sistem pernapasan. Echocardiography mungkin diperlukan untuk menilai adanya thrombus pada hypereosinophilic syndrome.
Pemeriksaan dengan CT scan yang spesifik terhadap sistem organ tertentu dapat dilakukan, seperti deteksi lesi fokal pada hati akibat infestasi cacing, lesi fokal pada paru akibat infeksi bakteri atau jamur, maupun adanya adenopati pada abdomen akibat limfoma, baik Hodgkin maupun non-Hodgkin.[1,2,4,6,7,13]