Etiologi Eosinofilia
Berdasarkan etiologi, eosinofilia dapat dibagi menjadi primer dan sekunder. Faktor risiko terjadinya eosinofilia dapat berupa konsumsi obat-obatan tertentu hingga adanya riwayat keganasan pada keluarga.
Etiologi Eosinofilia Primer
Berdasarkan etiologinya, eosinofilia dapat terbagi menjadi dua, yaitu eosinofilia primer dan sekunder. Eosinofilia primer merupakan proliferasi eosinofil yang terkait dengan penyakit hematologi. Eosinofilia primer disebut juga sebagai eosinofilia klonal. Adapun etiologi eosinofilia primer, antara lain:
- Chronic eosinophilic leukemia
- Neoplasma myeloid dan limfoid, seperti chronic myelogenous leukemia (CML), acute myeloid leukemia (AML), dan acute lymphoblastic leukemia (ALL)
- Eosinofilia herediter
Idiopathic hypereosinophilic syndrome[1,2,4-6]
Etiologi Eosinofilia Sekunder
Eosinofilia sekunder merupakan peningkatan eosinofilia yang disebabkan oleh penyakit di luar hematologi. Eosinofilia sekunder merupakan etiologi tersering eosinofilia.
Etiologi Infeksi
Adapun etiologi infeksi eosinofilia sekunder, antara lain:
- Infestasi parasit, seperti ankilostomiasis, askariasis, sistiserkosis, echinococcosis, schistosomiasis, cutaneous larva migrans, skabies, atau protozoa seperti sarcocystis.
- Infeksi bakteri, seperti tuberkulosis atau demam scarlet
- Infeksi jamur, seperti aspergillosis bronkopulmoner, coccidioidomycosis, atau disseminated histoplasmosis.
- Infeksi virus, seperti human immunodeficiency virus (HIV)
Etiologi Alergi
Penyakit alergi yang dapat menimbulkan eosinofilia antara lain asthma bronkial, rhinitis alergi, sindroma Stevens-Johnson, alergi obat, alergi makanan, dermatitis atopik, atau drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS) syndrome.
Keganasan
Keganasan, seperti limfoma Hodgkin, adenokarsinoma pada saluran cerna, paru, ovarium, dan organ lain, maupun cutaneous T cell lymphoma dapat menyebabkan eosinofilia.
Penyakit Lainnya
Penyakit lain yang dapat menimbulkan eosinofilia adalah reactive pulmonary eosinophilia, tropical eosinophilia, pankreatitis, eosinophilic esophagitis, atau eosinophilic gastroenteritis. Eosinofilia juga dapat timbul pada penyakit jaringan ikat, seperti sindrom Churg-Strauss atau eosinophilic myalgia syndrome.[1,2,4-6]
Eosinofilia Berdasarkan Jumlah Organ yang Terpengaruh
Eosinofilia juga dapat dibagi berdasarkan jumlah organ yang terlibat:
- Organ multipel: Tanda dan gejala mempengaruhi sistem multiorgani
- Organ tunggal: Kondisi muncul dengan keterlibatan satu organ; beberapa individu selanjutnya dapat mengembangkan manifestasi klinis tambahan[5]
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya eosinofilia merupakan faktor risiko terjadinya penyakit etiologi, seperti:
- Riwayat keganasan pada keluarga
- Riwayat alergi pada keluarga
- Riwayat pekerjaan dengan paparan terhadap zat karsinogenik atau radiasi
- Riwayat kebiasaan tertentu, seperti merokok dan konsumsi alkohol
- Riwayat penyakit bawaan lahir atau autoimun
- Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antibiotik, termasuk kuinolon, atau sulfa, atau riwayat konsumsi obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) seperti diklofenak
- Kesadaran terhadap higienitas yang rendah
- Tinggal di atau bepergian ke daerah endemik penyakit infeksi tertentu[1,2,4-6]