Epidemiologi Hemoglobinopati
Data epidemiologi hemoglobinopati berdasarkan hasil studi The World Health Organization ( WHO) menunjukkan sekitar ada 270 juta karier gen hemoglobinopati di seluruh dunia. Setiap tahun diperkirakan ada 300.000 hingga 400.000 bayi dengan hemoglobinopati berat seperti penyakit sel sabit yang lahir di seluruh dunia.
Global
Hemoglobinopati secara global umum ditemukan pada populasi Mediterania, Afrika, Afrika-Amerika, dan Asia. Diperkirakan sekitar 270 juta orang atau 7% dari seluruh populasi dunia merupakan karier penyakit Hemoglobinopati, dan 300,000–400,000 bayi dengan manifestasi berat Hemoglobinopati berupa penyakit sel sabit dilahirkan setiap tahunnya.[4]
Hasil studi di Brazil menunjukkan angka prevalensi antara 25.000 hingga 30.000 penderita hemoglobinopati dengan perkiraan sekitar 3500 bayi lahir dengan penyakit sel sabit tiap tahunnya. Sebuah studi di Jerman memperkirakan jumlah karier hemoglobinopati di Jerman mencapai 300.000 orang.Prevalensi karier hemoglobinopati di Afrika (5-30%), negara Arab (5-40%), Asia tengah dan India ( 10-20%) dengan prevalensi karier hemoglobinopati mencapai 0,37 per 1000 bayi yang lahir, Asia tenggara (5-40%), Amerika serikat dan Amerika tengah (5-20%).[2,3,8,9]
Anemia sel sabit seperti HbS ditemukan kebanyakan di daerah sub-sahara Afrika dan beberapa di mediterania, Asia Tengah dan India. Hemoglobin E ditemukan kebanyakan di bagian timur India, Bangladesh, Mianmar, Asia Timur dan Asia Tenggara. Daerah paling sering ditemukan HbE di Asia Tenggara adalah Thailand dan Kamboja. Thalassemia alfa ditemukan pada daerah tropis seperti Afrika sub-sahara ke Mediterania, Asia Tengah, sampai India dan berlanjut ke Asia Timur dan Asia tenggara.[10]
Indonesia
Belum ada studi epidemiologi yang meneliti mengenai prevalensi penderita hemoglobinopati di seluruh Indonesia. Tetapi diperkirakan, jumlah karier thalassemia di Indonesia mencapai 3 hingga 10%.[11]
Mortalitas
Saat ini seiring berkembangnya teknologi kedokteran, lebih dari 90% pasien hemoglobinopati dapat bertahan hingga dewasa. Pasien yang mendapatkan terapi secara optimal memiliki angka harapan hidup hingga 50 sampai 60 tahun.[3]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri