Pendahuluan Leukemia
Leukemia adalah kanker yang terjadi pada sel hematopoetik pembentuk sel darah di sumsum tulang yang bisa menyebabkan infiltrasi atau penyebaran ke peredaran darah, sistem limfatik, atau organ lainnya.
Leukimia diklasifikasikan menurut waktu progresifitasnya dan jenis sel sel darah putih yang abnormal: Acute Myeloid Leukemia (AML), Acute Lymphoid Leukemia (ALL), Chronic Myeloid Leukemia (CML), dan Chronic Lymphoid Leukemia (CLL).
Pada leukemia akut, sel hematopetik sumsum tulang bersifat imatur sehingga tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya dan sangat cepat perkembangannya. Pada leukemia kronis, sel bersifat lebih matur sehingga masih bisa menjalankan fungsinya meskipun tidak optimal dan pertambahannya lebih perlahan.
Diagnosis leukemia akut (AML dan ALL) dimulai dengan tanda dan gejala anemia dan neutropenia, seperti lemas, mudah lelah, demam tanpa sebab infeksi yang jelas, risiko infeksi saluran napas atas atau pneumonia. Pada leukemia kronis (CML dan CLL), gejala dibedakan menjadi tiga fase, fase kronik, akselerasi, dan blast. Pemeriksaan penunjang leukemia berupa pemeriksaan hematologi seperti pemeriksaan darah lengkap, apusan darah tepi, fungsi liver, fungsi pembekuan darah, pungsi lumbal, serta aspirasi sumsum tulang. Pemeriksaan sitogenetik dan immunophenotyping juga dapat dilakukan untuk membantu diagnosis leukemia.
Penatalaksanaan leukemia berupa penanganan suportif dan kemoterapi, serta transplantasi stem sel hematopoetik. Terdapat tanda bahaya yang harus dikenali pada leukemia, yaitu keadaan yang mengancam nyawa seperti disseminated intravascular coagulation dan leukostasis. Dokter juga harus memantau risiko komplikasi dari terapi kemoterapi yang diberikan, khususnya pada 72 jam pertama pasca kemoterapi.[1]