Etiologi Limfadenopati
Etiologi limfadenopati paling sering adalah infeksi, keganasan, dan autoimun. Faktor risiko limfadenopati berkaitan dengan penyebabnya, seperti penggunaan obat-obatan dan risiko infeksi.[1-5]
Etiologi
Etiologi limfadenopati sangat bervariasi. Secara umum bisa dibantu dengan mengingat singkatan “MIAMI”: malignancy, infections, autoimmune disorders, miscellaneous and unusual condition, iatrogenic.
Tumor Ganas
Kelenjar limfe akan menjadi abnormal bila terdapat tumor ganas / kanker / malignancy, di antaranya sarkoma kaposi, leukemia, lymphoma, metastasis, keganasan kulit.[1-5]
Infeksi
Beberapa infeksi dalam tubuh akan menyebabkan limfadenopati, seperti:
- Bakteri: infeksi kulit (staphylococcal or streptococcal), tuberkulosis, brucellosis, cat-scratch disease (Bartonella), chancroid, lymphogranuloma venereum, sifilis primer dan sekunder, tularemia, demam tifoid
- Jamur: coccidioidomycosis, cryptococcosis, histoplasmosis
- Viral: adenovirus, cytomegalovirus, hepatitis, herpes zoster, human immunodeficiency virus, infectious mononucleosis (Epstein-Barr virus), rubella
- Infeksi lain: helminthic (cacing), toxoplasmosis, penyakit lyme (amerika utara), rickettsial, scrub typhus
Penyakit Autoimun
Penyakit Autoimun yang dapat menimbulkan gejala limfadenopati di antaranya dermatomiositis, rheumatoid arthritis, sindrom Sjogren, penyakit Still, sistemik lupus eritematosus.[1-5]
Penyebab lain
Beberapa penyakit yang juga dapat menyebabkan abnormalitas kelenjar getah bening, adalah penyakit granulomatosa (silikosis, berylliosis), angiofollicular lymph node hyperplasia (castleman disease), histiocytosis, penyakit Kawasaki, Kikuchi lymphadenitis, penyakit Kimura, sarkoidosis.[1-5]
Iatrogenik
Limfadenopati didapat misalnya akibat konsumsi obat-obatan, seperti:
- Obat fenitoin, allopurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, gold, hydralazine, penisilin, primidone, pirimetamin, quinidine, trimethoprim / sulfamethoxazole, sulindac.
- Penyakit serum (serum sickness) [1-5]
Faktor Risiko
Faktor risiko limfadenopati berhubungan dengan etiologinya, di antaranya:
- Risiko infeksi, seperti makanan yang kurang matang (toxoplasmosis), paparan terhadap kucing (cat scratch disease, toxoplasmosis), perilaku berisiko tinggi (HIV, hepatitis), gigitan kutu (lyme disease, di Amerika Utara).
- Penggunaan obat-obatan (seperti fenitoin, allopurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, gold, hydralazine, penisilin, primidone, pirimetamin, quinidine, trimethoprim / sulfamethoxazole, sulindac)
- Kurangnya penerapan pengendalian infeksi di lingkungan, berhubungan dengan higiene dan sanitasi lingkungan yang buruk.
- Perilaku seks beresiko[2,3,4]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja