Penatalaksanaan Limfadenopati
Penatalaksanaan limfadenopati tidak ditujukan pada nodus limfenya melainkan difokuskan pada etiologinya. Antibiotik hendaknya diberikan pada kasus infeksi bakteri, anti jamur pada kasus infeksi jamur.
Khusus untuk kasus darurat keganasan di limfadenopati servikal seperti pada kasus sindrom vena kava superior perlu diberikan terapi radiasi dan kemoterapi sesuai kasus neoplasma nya. Penanganan bedah ditujukan untuk biopsi dan pengangkatan nodus limfe terkait pada kasus keganasan.[3,7]
Pada umumnya, dokter umum dapat mendiagnosis kasus limfadenopati setelah melakukan pemeriksaan secara hati-hati. Jika masih kesulitan menemukan diagnosis, maka pasien perlu dirujuk ke spesialis. Misalnya ke spesialis bedah jika membutuhkan tindakan biopsi eksisional atau ke spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi/ rematologi/ alergi-imunologi/ penyakit tropik infeksi jika dugaan diagnosis spesifik mengarah ke keganasan/ autoimun/infeksi.[3,4]
Limfadenopati lebih sering terjadi pada pasien anak dengan etiologi terbanyak adalah infeksi (limfadenitis). Penyebab infeksi tersering adalah bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus grup A. Oleh karena itu terapi pilihan adalah antibiotik sistemik untuk bakteri kokus gram positif, yaitu cephalexin, amoxicillin klavulanat dan clindamycin selama 10 hari.[10,11]
Biopsi pada limfadenopati dilakukan apabila diduga ada keganasan, yaitu: lokasi supraklavikula, keluhan benjolan lebih dari 2 minggu, ukuran lebih besar dari 2 cm, tidak mengecil setelah 4-6 minggu, tanda-tanda inflamasi minimal, berbatas tegas dan konsistensi kenyal seperti karet, tidak merespon pada terapi antibiotik, kadang disertai ulserasi dan gejala sistemik seperti demam, penurunan berat badan, hepatosplenomegali. Tindakan aspirasi jarum halus maupun eksisi bedah juga perlu dilakukan bila ada pembentukan abses.[10,11]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja