Epidemiologi Multiple Myeloma
Dari sisi epidemiologi multiple myeloma dilaporkan bertanggung jawab untuk 10% kasus keganasan hematologi dan umumnya menyerang populasi geriatri dengan median usia sekitar 70 tahun. Hanya <14% pasien berusia <55 tahun dan hanya 3% berusia <45 tahun. Pria lebih sering mengalami kondisi ini daripada wanita, dengan perbandingan yang berbeda tipis yaitu 1,4:1.[2,3]
Global
Menurut data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN), dari seluruh diagnosis kanker, multiple myeloma bertanggung jawab untuk 0,9% kasus. Oleh sebab itu, bisa dikatakan bahwa multiple myeloma merupakan kasus keganasan yang cukup jarang terjadi bila dibandingkan dengan keganasan lain secara umum. Namun, dari sisi keganasan hematologi, multiple myeloma bertanggung jawab atas sekitar 10% kasus dan frekuensi kejadiannya berada di bawah limfoma.
Dari studi terhadap 90.000 pria dan 70.000 wanita, age-standardized insiden untuk multiple myeloma adalah 2,1/100.000 dan 1,4/100.000 secara berurutan. Dari lahir hingga usia 74 tahun, pria mempunyai risiko kumulatif 0,24%, sedangkan wanita memiliki risiko kumulatif 0,17 %. Oleh sebab itu, dapat dikatakan pria sekitar 1,4–1,5 kali lebih berisiko mengalami kondisi ini daripada wanita.[1,3,5]
Indonesia
Saat ini belum terdapat data epidemiologi yang adekuat tentang multiple myeloma di Indonesia.
Mortalitas
Menurut age-standardized mortalitas, ada 1,3/100.000 kematian pria dan 0,9/100.000 kematian wanita akibat multiple myeloma setiap tahunnya. Risiko mortalitas pada pria dan wanita hampir sama. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, mortalitas telah menurun seiring dengan berkembangnya modalitas terapi kanker yang lebih baik.
Rerata angka kesintasan adalah 4–8 tahun, tetapi tergantung pada stage dan usia ketika diagnosis. Sekitar 5% penyakit lokal yang didiagnosis memiliki 5-year survival rate sekitar 74,8 %. Sisanya adalah penyakit multiple myeloma yang sudah sistemik, dengan 5-year survival rate sekitar 52,9 %.[1,3,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Reren Ramanda