Penatalaksanaan Botulisme
Penatalaksanaan kasus botulisme secara umum dapat terbagi menjadi tata laksana suportif, pemberian antitoksin, dan penggunaan antibiotik.[3]
Berobat Jalan
Pasien dengan botulisme yang simtomatik tidak direkomendasikan untuk berobat jalan. Hal ini karena pemberian antibiotik maupun antitoksin botulisme yang dilakukan secara intravena serta diperlukannya terapi suportif seperti intubasi. Akan tetapi, pada mereka yang asimtomatik dengan tanda infeksi yang tidak jelas dapat diperbolehkan untuk pulang dan melakukan self monitoring.[25]
Persiapan Rujukan
Pasien yang dicurigai mengalami botulisme harus dirujuk dari fasilitas kesehatan primer ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. Stabilisasi hemodinamik dan jalan napas harus dilakukan sebelum merujuk, terutama pada mereka yang datang dengan klinis gagal napas.[25]
Medikamentosa
Terapi medikamentosa untuk botulisme meliputi pemberian antitoksin yang berisi antibodi untuk toksin botulinum atau antibiotik dengan pilihan utama penicillin sebagai terapi definitif.[23]
Antitoksin
Antitoksin berisi antibodi yang bekerja terhadap toksin tipe spesifik pada sirkulasi tubuh penderita. Antibodi secara langsung mencegah efek toksin botulinum yang bekerja di membran presinaps atau terminal saraf. Terdapat dua jenis antitoksin yang tersedia saat ini, yaitu antitoksin yang berasal dari kuda (equine-source) dan yang berasal dari manusia yaitu botulism immune globulin intravenous (human) (BIV-Ig).[3,7,8]
Antitoksin yang Berasal dari Kuda (Equine-Source):
Satu-satunya terapi spesifik yang disetujui untuk botulisme non-infant adalah antitoksin yang berasal dari kuda. Antitoksin yang berasal dari kuda bersifat heptavalen dan mengandung antibodi terhadap 7 serotipe toksin tipe A hingga G.
Dosis penggunaan adalah 1 vial per pasien dan digunakan secara dosis tunggal. Sebelum pemberian, penderita perlu melakukan skin test terlebih dahulu karena sebanyak 9% orang dapat mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap regimen ini.[3,8]
Botulism Immune Globulin Intravenous (human) (BIV-Ig):
Antitoksin botulism immune globulin intravenous (human) (BIV-Ig) berasal dari manusia dan diindikasikan pada kasus botulisme tipe infant. Antitoksin ini mengandung plasma donor untuk menetralisasi toksin botulinum.
Pemberian dilakukan secara dosis tunggal sebanyak 50 mg secara intravena. Setiap dosis mengandung 15 IU antibodi terhadap toksin A dan 4 IU antibodi terhadap toksin B. Penggunaan dalam 7 hari perawatan terbukti mengurangi durasi rawat dan biaya di rumah sakit.[5,7,21]
Antibiotik
Penggunaan antibiotik diindikasikan pada kasus infeksi bakteri sekunder terkait dengan botulisme maupun pada kasus botulisme tipe wound. Antibiotik terpilih yang digunakan adalah penicillin G dengan dosis 250.000–400.000 U/kg/hari yang diberikan selama 10-14 hari.
Alternatif antibiotik lain yang dapat digunakan adalah metronidazole, dengan dosis yang digunakan pada infeksi bakteri anaerob, yaitu dosis awal 15 mg/kgBB IV (tidak melebihi 4 gram/hari) dan dilanjutkan dengan dosis maintenance 7,5 mg/kgBB PO/IV setiap 6 jam selama 7–10 hari (atau 2–3 minggu jika gejala parah).
Penggunaan aminoglikosida seperti gentamicin dan tobramycin dihindari pada kasus botulisme karena berpotensi dapat meningkatkan efek paralisis dan memicu gagal napas pada penderita. Hal ini terjadi karena aminoglikosida mengurangi pelepasan asetilkolin dari terminal saraf diafragma.[3,5,21,22]
Pembedahan
Pembedahan pada botulisme dilakukan terutama pada tipe wound untuk tujuan pembersihan luka, debridemen, dan drainase sebagai fokus infeksi. Pada keadaan ini, antibiotik dapat diberikan sesuai dengan rekomendasi, dengan pilihan utama penicillin G.[23–26]
Terapi Suportif
Penderita yang sakit atau dicurigai menderita botulisme perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit agar mendapatkan observasi lebih lanjut. Evaluasi terkait sistem pernapasan, seperti spirometri, oksimetri, kapasitas vital perlu dilakukan secara berkala. Pada kasus botulisme tipe wound, pembersihan luka dan debridemen penting untuk dilakukan.
Selain respirasi, fokus tata laksana suportif adalah jalan napas atau airway. Tindakan intubasi dan ventilasi mekanik dapat dipertimbangkan pada penderita dengan kapasitas vital kurang dari 30%, paralisis progresif, disertai dengan hipoksemia dan hiperkarbia. Penggunaan ventilasi mekanik dapat berlangsung dalam beberapa minggu pada kasus yang parah.[3,6,21,23]
Trakeostomi dapat dilakukan untuk mengatasi sekret yang berlebih. Enema dan katartika dapat membantu mengeluarkan toksin botulinum yang belum diserap oleh intestinal. Akan tetapi, harus dipastikan bahwa pasien mempunyai bising usus yang normal.[3,6,21]
Selain sistem pernapasan, gastric lavage dan cathartics atau whole bowel irrigation juga dapat dipertimbangkan pada botulisme tipe foodborne. Tujuan dilakukan hal ini adalah untuk dekontaminasi gastrointestinal dengan membersihkan spora dan toksin.
Rehabilitasi
Meskipun telah diberikan antitoksin, paralisis pada penderita masih dapat dialami karena ikatan toksin yang bersifat ireversibel. Akan tetapi, seiring dengan progresivitas proses penyembuhan, proses rehabilitasi dapat dilakukan untuk membantu penderita dalam mengembalikan fungsi otot pernapasan.[3,6]
Kerja sama proses rehabilitasi dapat dilakukan oleh spesialis rehabilitasi medik yang biasanya memberikan program jangka panjang kepada penderita. Selain itu, kerja sama dalam proses rehabilitasi juga dilakukan untuk meningkatkan range of motion dan membantu penderita untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.[3,6]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli