Pendahuluan Aneurisma Aorta
Aneurisma aorta adalah dilatasi lokal yang permanen pada aorta, yang menyebabkan diameter aorta menjadi ≥1,5 kali diameter seharusnya. Menurut lokasinya, aneurisma aorta dapat dibedakan menjadi dua, yaitu aneurisma aorta thoracalis dan aneurisma aorta abdominalis. Terbentuknya aneurisma dipengaruhi oleh faktor struktural aorta dan faktor mekanikal.[1,2]
Proses degeneratif dan kelainan genetik merupakan etiologi aneurisma aorta. Kondisi genetik tertentu seperti sindrom Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos meningkatkan risiko kejadian aneurisma aorta. Terdapat berbagai faktor risiko aneurisma aorta, seperti jenis kelamin laki-laki, usia >60 tahun, kebiasaan merokok, riwayat hipertensi tidak terkontrol, hingga riwayat keluarga dengan aneurisma aorta sebelumnya. Faktor genetik dan ekspresi gen diketahui juga menjadi salah satu penyebab pada aneurisma aorta abdominalis.[1-3]
Diagnosis aneurisma aorta umumnya membutuhkan pemeriksaan penunjang karena mayoritas pasien aneurisma aorta tidak menunjukkan gejala. Pencitraan seperti USG, computed tomography (CT) dengan kontras, dan magnetic resonance imaging (MRI) diperlukan untuk menilai ukuran dan lokasi aneurisma.[1,2,4]
Penatalaksanaan definitif untuk kasus aneurisma aorta adalah bedah. Aneurisma aorta yang ruptur merupakan suatu kegawatdaruratan yang membutuhkan bedah cito. Akan tetapi, aneurisma aorta tanpa ruptur dapat menjalani bedah elektif dan farmakoterapi. Bedah pada kasus aneurisma aorta dilakukan untuk mengganti segmen aorta yang mengalami aneurisma dengan graft prostetik.[1,2,4]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra