Diagnosis Diseksi Aorta
Diagnosis diseksi aorta perlu dibedakan dari infark miokard dan aneurisma aorta secara berhati-hati karena gejalanya mirip. Anamnesis bertujuan untuk mencari tahu rasa nyeri dada dan riwayat penyakit jantung sebelumnya. Pemeriksaan fisik terutama dilakukan untuk menilai kondisi jantung dan paru. Lalu, pemeriksaan penunjang seperti CT scan kontras bisa dilakukan untuk konfirmasi.
Anamnesis
Berdasarkan anamnesis, gejala yang sering dikeluhkan pasien diseksi aorta adalah nyeri dada mendadak yang sulit dilokalisir. Nyeri terasa menyayat dan dapat menjalar hingga daerah punggung, lengan, dan abdomen. Pasien diseksi aorta tipe A umumnya mengeluhkan nyeri pada bagian anterior dada, sedangkan pasien diseksi aorta tipe B biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian belakang punggung.[1,3,5]
Nyeri abdomen lebih mengarah ke diseksi aorta tipe B. Sementara itu, diseksi aorta tipe A lebih menunjukkan nyeri pada toraks anterior. Namun, nyeri abdomen sendiri juga dapat menjadi gejala atipikal pada diseksi aorta tipe A.[1,3,5]
Keluhan penyerta lain yang dapat muncul adalah sesak napas, lemas, dan penurunan kesadaran. Bila gangguan aliran darah terjadi hingga ke otak, pasien bisa mengalami stroke.[1,3,5]
Pemeriksaan Fisik
Abnormalitas pemeriksaan fisik yang bisa ditemukan pada pasien diseksi aorta adalah:
- Hipertensi
- Perbedaan tekanan darah antara sisi kanan dan kiri >20 mmHg
- Pulsus defisit
- Aritmia
- Murmur pada katup aorta
- Gejala stroke akibat malperfusi ke arteri karotid
- Paraplegia akibat malperfusi ke arteri spinal
- Gejala tamponade kardiak[1,2,5]
Diagnosis Banding
Diseksi aorta memiliki gejala yang mirip dengan infark miokard dan aneurisma aorta.
Infark Miokard
Diseksi aorta sering keliru didiagnosis sebagai infark miokard. Kesalahan diagnosis ini terjadi sebab gejala klinis keduanya sangat mirip. Namun, pada infark miokard, ada kelainan gambaran EKG seperti elevasi ataupun depresi segmen ST. Selain itu, pada infark miokard, biomarker jantung biasanya meningkat.[7]
Ruptur Aneurisma Aorta
Ruptur aneurisma aorta juga merupakan kondisi yang mengancam nyawa dan memiliki keluhan yang mirip dengan diseksi aorta. Pasien dengan aneurisma aorta yang ruptur dapat mengeluhkan nyeri dada menyayat dan gangguan hemodinamik. Diseksi aorta dan ruptur aneurisma aorta tidak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis, sehingga pemeriksaan penunjang seperti CT scan atau MRI sangat dibutuhkan.[3]
Hematoma Intramural
Hematoma intramural merupakan hematoma yang terjadi di tunika media aorta tanpa disertai kelainan tunika intima. Hematoma ini sendiri dapat membaik dengan reabsorpsi perdarahan yang ada, tetapi juga dapat menjadi progresif dan menyebabkan diseksi aorta atau bahkan ruptur aorta.[6]
Gejala klinis yang muncul juga menyerupai diseksi aorta, yaitu nyeri dada mendadak yang menjalar ke bagian lengan, leher, atau punggung. Hematoma intramural dan diseksi aorta dapat dibedakan melalui pemeriksaan echocardiography atau CT scan.[6]
Pemeriksaan Penunjang
Hingga saat ini, CT scan dengan kontras dan echocardiography transesophageal masih menjadi pemeriksaan penunjang utama untuk diagnosis diseksi aorta.[1-3,5]
CT Scan dengan Kontras
CT scan dengan kontras merupakan baku emas dalam penegakkan diagnosis diseksi aorta. CT scan dengan kontras dapat dengan jelas memberikan gambaran lokasi dan luas robekan aorta, serta memperlihatkan ada tidaknya aneurisma yang terjadi bersama diseksi aorta. Selain pada aorta, pemeriksaan CT scan dengan kontras ini juga dapat memperlihatkan gambaran yang jelas pada percabangan aorta.[2,3]
Echocardiography Transesophageal
Echocardiography transesophageal merupakan pemeriksaan invasif yang digunakan pada keadaan gawat darurat. Echocardiography transesophageal dilakukan dengan memasukkan USG probe yang dilengkapi kamera ke dalam esofagus. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran yang jelas dari katup aorta, aorta ascendens, aortic arch, hingga bagian aorta descendens. Namun, akurasi hasil pemeriksaan ini sangat bersifat operator-dependent.[3]
Biomarker
Pemeriksaan biomarker juga dapat membantu diagnosis diseksi aorta. Biomarker yang umumnya diperiksa adalah kadar D-dimer dan matriks metalloproteinase-9. Pada kasus diseksi aorta, kadar D-dimer dan matriks metalloproteinase-9 umumnya meningkat. Peningkatan ini sudah bisa didapat sejak 1 jam setelah onset. Namun, pemeriksaan ini memiliki spesifisitas yang rendah untuk diseksi aorta.[3]
Beberapa biomarker lain yang juga menunjukkan hasil menjanjikan dalam studi klinis adalah interleukin 10, interleukin 6, dan plasminogen activator inhibitor 1. Peningkatan kadar berbagai biomarker ini dilaporkan dapat membantu diagnosis diseksi aorta. Akan tetapi, studi lebih lanjut mungkin masih diperlukan.[10]
Rontgen Toraks
Rontgen toraks sering menjadi pemeriksaan awal pada pasien dengan keluhan nyeri dada. Gambaran rontgen toraks pada diseksi aorta umumnya menunjukkan pelebaran aorta ataupun perubahan kontur aorta. Namun, pada beberapa kasus, tidak ditemukan kelainan pada hasil rontgen.[1,5]
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat memberikan gambaran 3 dimensi yang jelas untuk kondisi aorta. Namun, pemeriksaan ini sulit dilakukan pada keadaan darurat. MRI dapat menjadi alternatif pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap kontras CT scan.[3]
MRI flow 4 dimensi juga merupakan metode diagnosis baru yang menjanjikan. Metode ini dapat membandingkan pulsatility, velocity, flow rate, dan flow direction antara lumen aorta yang sebenarnya dan lumen false yang terbentuk akibat diseksi. Pemeriksaan ini mungkin bermanfaat untuk stratifikasi risiko ketika hendak memutuskan bedah.[10]
Klasifikasi Diseksi Aorta
Diseksi aorta dapat diklasifikasikan berdasarkan banyak hal, misalnya durasi perjalanan penyakit dan lokasi robekan.
Klasifikasi Akut dan Kronis
Diseksi aorta dapat dibedakan menjadi kasus akut dan kronis berdasarkan lamanya perjalanan penyakit. Diseksi aorta yang memiliki gejala <14 hari diklasifikasikan sebagai diseksi aorta akut. Apabila gejala sudah berlangsung >14 hari, kasus disebut sebagai diseksi aorta kronis.[2]
Klasifikasi DeBakey
Klasifikasi DeBakey sebenarnya saat ini sudah jarang digunakan. Sistem klasifikasi ini membedakan diseksi aorta menjadi 3 tipe, yaitu:
- Tipe I: robekan pertama terjadi di aorta ascendens lalu meluas ke bagian distal hingga mencapai aorta descendens
- Tipe II: robekan terjadi hanya di aorta ascendens, tidak meluas ke aortic arch
- Tipe III: robekan pertama terjadi di aorta descendens lalu meluas ke bagian distal hingga mencapai bagian atas diafragma (IIIA) atau bawah diafragma (IIIB)[3]
Klasifikasi Stanford
Pada klasifikasi Stanford, diseksi aorta hanya dibedakan menjadi tipe A dan tipe B. Tipe A melibatkan aorta ascendens, sedangkan tipe B melibatkan aorta descendens tanpa ikut melibatkan aorta ascendens.[3]
Diseksi aorta tipe B kemudian dibedakan menjadi diseksi aorta dengan komplikasi atau tanpa komplikasi. Diseksi dengan komplikasi adalah diseksi aorta dengan ruptur aorta, malperfusi yang menyebabkan iskemia (organ visceral, ginjal, medulla spinalis, maupun ekstremitas bawah), atau robekan aorta yang meluas dengan cepat hingga ke bagian aortic arch atau mencapai bagian proksimal dari aorta descendens.[2]
Klasifikasi TEM
Klasifikasi TEM (Type, Entry, Malperfusion) merupakan modifikasi yang lebih baru dari klasifikasi Stanford. Modifikasi ini dilakukan karena beberapa kasus diseksi aorta tidak termasuk dalam tipe A maupun tipe B klasifikasi Stanford.[10]
T (Type):
Selain tipe A dan tipe B, ada tipe tambahan yang disebut sebagai tipe non-A non-B, di mana robekan terjadi pada aortic arch tanpa mengenai aorta ascendens.[10]
E (Entry):
Lokasi robekan pertama atau lokasi entry pertama disebut sebagai E0 bila tidak bisa tampak, E1 bila ada di aorta ascendens, E2 bila ada di aortic arch, dan E3 bila ada di aorta descendens.[10]
M (Malperfusion):
Malperfusi disebut sebagai M0 bila tidak terjadi, M1 bila terjadi pada arteri koroner, M2 bila terjadi pada pembuluh darah supra-aorta, dan M3 bila terjadi pada pembuluh darah viseral, renal, dan/atau ekstremitas bawah. Tanda (+) diberikan bila ada gejala klinis malperfusi, sedangkan tanda (-) diberikan jika malperfusi hanya tampak di pemeriksaan radiografi.[10]
Klasifikasi SVS/STS
Klasifikasi dari SVS/STS (Society for Vascular Surgery/Society of Thoracic Surgeons) juga merupakan modifikasi klasifikasi Stanford. Menurut klasifikasi ini, diseksi aorta tipe A hanya berasal dari robekan pertama (entry) di zona 0, yaitu aorta ascendens. Setelah itu, tipe B meliputi semua diseksi yang terjadi di zona 1 dan seterusnya. Jadi, menurut klasifikasi ini, diseksi tipe non-A non-B yang disebutkan klasifikasi TEM sebenarnya termasuk dalam tipe B.[10]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur