Etiologi Tamponade Jantung
Etiologi tamponade jantung adalah akumulasi cairan perikardium (efusi perikardium). Efusi dapat berupa serosa, pus, darah, sumbatan, atau gas, yang dapat terjadi pada keganasan, inflamasi, trauma, ruptur jantung, atau diseksi aorta.[1,2]
Etiologi
Pada praktik klinis, etiologi paling sering meliputi intervensi kardiak perkutan (mencapai 36% dari seluruh kasus), keganasan (mencapai 23%), penyebab infeksi atau inflamasi (mencapai 15%) dan komplikasi mekanis dari infark miokardium (mencapai 12%). Penyebab mengancam nyawa dari tamponade jantung adalah diseksi aorta, dilaporkan terdapat 76 dari 308 kasus (24,7%) merupakan diseksi aorta akut tipe A.[1]
Jenis keganasan yang paling sering menyebabkan tamponade jantung adalah kanker paru, kanker payudara, kanker esofagus, melanoma, leukemia, dan limfoma. Mesothelioma, fibrosarkoma, dan limfangioma juga dapat menyebabkan keganasan perikardium, meskipun kasusnya sangat jarang.[5]
Faktor Risiko
Faktor risiko tamponade jantung adalah penderita gagal ginjal stadium akhir, riwayat gagal jantung kongestif, infeksi tuberkulosis atau HIV, penyakit autoimun, atau keganasan. Sementara, risiko tamponade jantung iatrogenik lebih tinggi pada pasien perempuan dan penggunaan antikoagulan.
Kesalahan dalam Tindakan Operasi
Terdapat faktor risiko akibat kesalahan dalam tindakan operasi. Distraksi, kurangnya keterampilan tindakan, serta dokter yang melakukan tindakan lebih dari satu prosedur adalah contoh yang dapat meningkatkan risiko kesalahan tersebut.[7]
Jenis Kelamin Perempuan
Wanita memiliki angka insidensi tamponade jantung hampir dua kali lipat dari laki-laki. Hal ini terjadi karena memiliki ukuran atrium kiri yang lebih kecil, sehingga meningkatkan risiko perforasi akibat pungsi transseptal pada tindakan ablasi kateter.[6]
Penggunaan Antikoagulan
Risiko tamponade jantung iatrogenik meningkat dengan penggunaan antikoagulan oral maupun antikoagulan intraprosedur. Tamponade jantung terjadi pada 2,5‒11% pasien yang menggunakan antikoagulan oral.[8,9]