Patofisiologi Cedera Hamstring
Patofisiologi cedera hamstring yang paling utama adalah berkaitan dengan fatigue neuromuskular. Fatigue bisa berkaitan dengan ketidakmampuan mempertahankan intensitas atau kekuatan yang diberikan saat melakukan aktivitas, baik bersifat akut maupun residual, yang berhubungan dengan belum tercapainya pemulihan.[1-3]
Anatomi Otot Hamstring
Otot hamstring terdiri dari tiga otot utama pada bagian posterior paha. Otot hamstring terdiri dari otot bisep femoris long head (BF-L) dan short head (BF-S), otot semimembranosus (SM), dan otot semitendinosus (ST).[1]
Origin otot BF-L yaitu pada tuberositas ischial dan berinsersi pada fibula head. BF-L memiliki morfologi otot hemi-pennatus, dengan serabut-serabut otot susunan paralel menghubungkan tendon asal pada aspek dalam dan insersi tendon pada aspek superfisial otot.
Origin BF-S pada daerah sekitar bibir lateral femur dan berinsersi bersama dengan tendon BF-L. Otot BF-S berbentuk trapesium miring dengan serat otot yang lebih panjang di sisi proksimal dan yang lebih pendek di sisi distal.[2]
Origin otot SM yaitu pada tuberositas ischial dan berinsersi pada permukaan posterior kondilus medial tibia,. Otot SM memiliki morfologi otot hemi-pennatus hampir serupa dengan otot BF-L, dengan serabut-serabut otot dalam susunan paralel yang menghubungkan tendon origin pada aspek dalam dan insersi tendon pada aspek superfisial otot.
Origin otot ST yaitu pada tuberositas ischial dan berinsersi pada permukaan medial bagian atas tibia. Otot ST memiliki morfologi fusiform dengan serat otot longitudinal yang berpotongan dengan septum tendinous.[1,2]
Fungsi Otot Hamstring
Fungsi otot hamstring adalah agonis utama untuk memfleksikan sendi lutut dan ekstensi sendi pinggul. Otot hamstring yang melakukan kontraksi yang kuat berulang kali selama aktivitas biasanya meningkatkan risiko insiden cedera hamstring.[1,2]
Mekanisme Cedera Hamstring
Kelompok otot hamstring sangat rentan terhadap cedera karena susunan anatominya. Mekanisme kerja otot ini pada dua sendi, yaitu lutut dan pinggul, yang bekerja bersamaan menyebabkan efek berlawanan pada panjang hamstring, sehingga membuat otot-otot ini rentan terhadap cedera.[2,3]
Cedera hamstring biasanya terjadi saat seseorang lari atau sprint. Peran utama otot ini saat deselerasi berjalan, berlari, dan perubahan tajam dalam arah dengan kecepatan tinggi, membuat kelompok otot ini lebih rentan terhadap cedera. Otot hamstring menanggung beban utama selama fase gerak ketika otot bertransisi dari deselerasi saat ekstensi lutut ke ekstensi sendi pinggul.
Selama transisi biomekanik fungsional yang cepat dari otot-otot ini, membuat otot hamstring rentan terhadap cedera. Selain itu, pasokan saraf ganda pada dua kepala biseps femoris yang mengarah ke stimulasi asinkron serta variasi anatomi pada perlekatan kedua kepalanya membuat otot hamstring lebih sering mengalami cedera dan nyeri.[3,4]
Fatigue Neuromuskular
Saat seseorang mengalami fatigue saat melakukan aktivitas fisik seperti berlari, maka kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk mempertahankan intensitas dan kekuatan akan berdampak pada penurunan aktivitas motoneural. Pada kondisi aktivitas berat, perubahan gaya mendadak dan kondisi penurunan aktivitas motoneural yang terjadi bersamaan menyebabkan kerusakan otot secara akut bisa terjadi, mulai dari mekanisme peningkatan sel inflamasi atau secara mekanik robekan nyata terjadi pada serat otot.[3,4]
Penulisan pertama oleh: dr. Junita br Tarigan