Penatalaksanaan Dehidrasi
Penatalaksanaan dehidrasi bertujuan untuk mengganti defisit cairan dan keseimbangan kadar elektrolit. Pada pasien dengan kondisi pengeluaran cairan yang meningkat, seperti demam, muntah, atau diare, harus diperhitungkan jumlah cairan yang keluar, untuk menentukan strategi rehidrasi cairan pasien. Terapi simtomatik untuk mengurangi muntah atau frekuensi diare dapat diberikan untuk mengurangi jumlah cairan yang keluar dari tubuh.[5,6]
Tata Laksana Dehidrasi pada Anak-Anak
Anak-anak dengan dehidrasi derajat ringan-sedang dapat diberikan rehidrasi oral. Bayi yang masih mendapat ASI dapat diberikan ASI. Cairan yang mengandung kadar gula yang tinggi sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak yang mengalami dehidrasi. American Academy of Pediatrics merekomendasikan anak-anak dengan derajat dehidrasi ringan-sedang isonatremi dapat diberikan larutan rehidrasi oral dengan dosis 50-100 ml/kgB dalam 2-4 jam. Pemberian cairan dapat menggunakan sendok teh, syringe, atau tetasan (dropper).[6]
Panduan Tata Laksana Diare pada Balita
Panduan sosialisasi tata laksana diare balita pada tahun 2011 merekomendasikan pada anak-anak tanpa dehidrasi yang mengalami diare pemberian oralit sebanyak 50-100 tiap kali diare bagi anak berusia < 1 tahun, dan 100-200 ml bagi anak berusia > 1 tahun. Anak-anak dengan dehidrasi derat ringan-sedang dapat diberikan oralit dengan dosis 75ml/kgBB dalam 3 jam pertama di fasilitas kesehatan. Setelah 3-4 jam, dapat dilakukan penilaian kembali status dehidrasi. Bila dehidrasi telah teratasi, pemberian oralit dapat diberikan setiap kali anak mengalami diare. Bila pada evaluasi anak-anak masih mengalami dehidrasi ringan-sedang, oralit dengan dosis 75 mL/kgBB dapat dilanjutkan.[6,17]
Pada anak-anak dengan klinis tidak stabil, dapat diberikan bolus cairan NaCl 0,9% dengan dosis 20 mL/kgBB untuk memperbaiki perfusi jaringan. Dosis bolus dapat diberikan sebanyak tiga kali setelah dilakukan penilaian ulang klinis pasien setelah dosis bolus diberikan. Pemberian cairan ringer laktat sebaiknya dihindari karena bersifat hipertonik dan menurunkan kadar natrium pasien. Defisit cairan dapat diberikan sebanyak 50% dalam 8 jam pertama, dan 50% dalam 16 jam selanjutnya. Defisit cairan dihitung berdasarkan perubahan berat badan sebelum dan sesudah pasien mengalami dehidrasi (perubahan berat badan per 1000 gram = 1000 mL).
Untuk menghitung kebutuhan cairan maintenance, dapat diberikan dengan Holiday-Segar formula:[6]
- 100 mL/kg per 24 jam atau 4 mL/kg/jam untuk pasien dengan berat badan 10 kgBB ditambah dengan:
- 50 mL/kg per 24 jam atau 2 mL/kg/jam untuk pasien dengan berat badan 10-20 kgBB ditambah dengan:
- 20 mL/kg per 24 jam atau 1 mL/kg/jam untuk berat badan lebih dari 20 kg.
Tata Laksana Dehidrasi pada Dewasa
Pasien dengan manifestasi klinis dehidrasi derajat ringan-sedang yang disebabkan oleh gastroenteritis dapat diberikan terapi Larutan rehidrasi oral. Larutan rehidrasi oral terdiri dari komponen Natrium 75 mmoL/L, Klorida 65 mmol/L, Glukosa Anhidrat 75 mmol/L, Kalium 20 mmol/L, Sitrat 10 mmol/L, dengan total osmolaritas 245 mmol/L. Larutan rehidrasi oral dapat diracik dari 1 Liter air, 8 sendok teh gula, dan 1 sendok teh garam, atau dengan menggunakan larutan rehidrasi oral kemasan komersial (misal: Pedialyte, Rehydralyte) Pemberian cairan yang tidak tepat, misalkan pada cairan dengan kadar glukosa terlalu tinggi dapat menyebabkan diare osmotik yang akan memperburuk keadaan dehidrasi pasien.[5]
Pasien dengan manifestasi klinis derajat berat perlu dilakukan rehidrasi dengan segera untuk memperbaiki fungsi jaringan. Pemberian cairan intravena diperlukan utama pemberian cairan dengan cepat, terutama pada pasien dengan dengan asupan oral yang tidak adekuat.[5,10]
Resusitasi Cairan Pada Populasi Dewasa
Pada orang dewasa yang memerlukan resusitasi cairan, cairan kristaloid dapat diberikan secara intravena dengan kecepatan 10-20 mL/kg atau 500ml dalam 15 menit, kemudian dilakukan evaluasi ulang manifestasi klinis, termasuk tanda-tanda kelebihan cairan. Bila tanda-tanda syok telah berhasil teratasi, pasien dapat diberikan cairan intravena maintenance 20-30mL/kgBB/hari, Pemberian cairan dalam jumlah besar dan cepat pada pasien dengan riwayat penyakit jantung dan gagal ginjal perlu hati-hati, dan dapat diberikan dengan volume yang lebih kecil (5-10 mL/kgBB).[18,19]
Cairan kristaloid yang paling sering diberikan untuk resusitasi cairan adalah normal saline atau natrium klorida dan ringer laktat. Pemberian larutan natrium klorida dalam jumlah besar dapat menginduksi asidosis metabolik, sehingga ringer laktat lebih sering dipilih pada pasien-pasien yang memerlukan resusitasi cairan dalam jumlah besar.[19]