Pendahuluan Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan suatu sindrom klinis akibat kegagalan sirkulasi yang menyebabkan terjadinya penurunan volume intravaskular dan hipoperfusi jaringan, sehingga tubuh mengalami ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen yang mengakibatkan disfungsi seluler.[1,3,5]
Perdarahan yang masif, kehilangan plasma darah, maupun kehilangan cairan ekstraseluler merupakan penyebab umum terjadinya syok hipovolemik. Syok hipovolemik adalah jenis syok yang paling sering terjadi terutama pada anak-anak. Syok hipovolemik pada anak dapat terjadi akibat dehidrasi karena penyakit gastroenteritis yang sering dijumpai di negara berkembang.[1–4]
Diagnosis syok hipovolemik dapat ditegakkan melalui anamnesis berupa adanya riwayat kehilangan cairan baik berupa muntah, diare, luka bakar, maupun perdarahan. Diagnosis juga dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik berupa tanda-tanda klinis syok pada pasien, seperti takikardi, penurunan kesadaran, akral dingin, dan capillary refill time (CRT) >2 detik.[1,3,5]
Penatalaksanaan syok hipovolemik harus meliputi resusitasi cairan yang tepat dan penggunaan farmakologi untuk meningkatkan kontraktilitas dan curah jantung. Prinsip dan tujuan penatalaksanaan syok hipovolemik adalah stabilisasi keadaan umum pasien dengan memproteksi jalan napas pasien, menghentikan kehilangan cairan, mengembalikan volume sirkulasi, dan melakukan resusitasi cairan dengan aturan 3:1.[3–5]
Prognosis syok hipovolemik tergantung pada derajat kehilangan volume cairan. Syok hipovolemik yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan pasien mengalami cedera iskemik pada organ vital, yang nantinya akan menimbulkan kegagalan multiorgan serta kematian.[2,4,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Reren Ramanda