Epidemiologi Autism Spectrum Disorder
Epidemiologi autism spectrum disorder (ASD) menunjukkan bahwa gejala-gejala umumnya mulai muncul pada usia 12-24 bulan berupa keterlambatan dalam perkembangan, khususnya interaksi sosial dan bahasa. ASD bisa mengenai semua kelompok ras, etnis, dan sosial-ekonomi. ASD 4 kali lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.[2,7]
Global
WHO melaporkan rata-rata prevalensi global ASD adalah 1 dari 160 anak. Prevalensi ASD secara global meningkat dari 1% pada tahun 2000-an menjadi 2%. Hal ini terutama akibat perubahan kriteria diagnosis sehingga bisa mengakomodasi gangguan-gangguan yang sebelumnya tidak masuk kriteria ASD. Namun prevalensi ASD di negara-negara berkembang belum diketahui.[3,8]
Insidens Pada Saudara Kandung
Perkiraan prevalensi ASD dalam berbagai penelitian pada saudara kandung dari anak dengan ASD yang tidak memiliki kondisi medis terkait berkisar antara 4 hingga 20%.
Studi juga menunjukkan bahwa adik laki-laki dari anak dengan ASD lebih sering terkena, tetapi risiko kekambuhan tampaknya meningkat pada pasien perempuan. Dalam studi database administratif di antara anak-anak di lebih dari 1,5 juta keluarga, risiko kekambuhan ASD pada adik laki-laki dari perempuan dengan ASD adalah 17%, sedangkan risiko kekambuhan ASD pada adik perempuan laki-laki hanya 4%.[39,40,41]
Indonesia
Belum ada penelitian terbaru yang secara spesifik mengukur prevalensi ASD di Indonesia. Namun sebuah penelitian intervensi di Yogyakarta menunjukkan angka prevalensi autisme di Sleman Yogyakarta adalah 1 dari 150 anak. Penelitian lain di Pontianak melaporkan prevalensi sebesar 1,28 dari 1000 anak.[10,11]
Mortalitas
ASD tidak berhubungan langsung dengan risiko mortalitas. Risiko kematian berhubungan dengan risiko mengalami cedera misalnya tenggelam, masalah kesehatan fisik, neurologis, dan komorbiditas gangguan mental.
Pasien dengan ASD juga mengalami peningkatan risiko untuk melakukan upaya bunuh diri, baik dengan ataupun tanpa komorbiditas gangguan mental lainnya. Komorbiditas gangguan mental yang berhubungan dengan risiko bunuh diri yang lebih tinggi adalah gangguan mood dan penyalahgunaan zat.[29]
Remaja dan orang dewasa dengan ASD tampaknya memiliki peningkatan risiko upaya bunuh diri di kemudian hari. Dalam studi kasus-kontrol berbasis populasi longitudinal antara tahun 2001 dan 2009 hingga akhir 2011, risiko upaya bunuh diri meningkat pada 5618 remaja dan dewasa muda (usia 12 hingga 29 tahun) dengan ASD dibandingkan dengan 22.472 kontrol dengan usia dan jenis kelamin yang disesuaikan.[42]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita