Prognosis Bayi Prematur
Prognosis bayi prematur sangat bergantung pada usia gestasi, berat badan, kondisi saat lahir, dan tata laksana yang didapat di mana semakin kecil usia gestasi dan berat badan bayi, maka prognosis umumnya semakin buruk.
Komplikasi juga lebih sering terjadi pada bayi prematur dengan usia gestasi dan berat lahir lebih kecil. Komplikasi yang paling sering menyebabkan mortalitas adalah respiratory distress, hipotermia, infeksi, dan kelainan kongenital. Bayi-bayi prematur sering kali mengalami gangguan tumbuh kembang dan perkembangan neurologis, namun tetap dapat hidup seperti bayi-bayi cukup bulan lainnya.
Komplikasi
Komplikasi bayi prematur dapat dibedakan menjadi komplikasi jangka pendek dan komplikasi jangka panjang. Respiratory distress, infeksi, dan kelainan kongenital merupakan penyebab utama mortalitas pada bayi prematur dengan berat lahir rendah.[7,9,11,19,30]
Komplikasi Jangka Pendek
Semakin banyak komplikasi jangka pendek yang terjadi dapat meningkatkan risiko mortalitas dan adanya komplikasi jangka panjang yang dapat berdampak pada tumbuh kembang bayi. Komplikasi jangka pendek yang dapat terjadi pada bayi prematur adalah:[7,8,11]
Hipotermia:
Hipotermia terjadi pada bayi prematur akibat kehilangan panas secara konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Bayi prematur juga tidak mampu memproduksi panas dengan baik. Hipotermia meningkatkan risiko mortalitas pada bayi dengan gangguan pernapasan.
Respiratory Distress Syndrome (RDS):
Respiratory Distress Syndrome umumnya terjadi pada bayi prematur <34 minggu akibat defisiensi surfaktan. Displasia bronkopulmonal juga dapat terjadi pada bayi dengan berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight. Gangguan pernapasan merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi prematur, sebanyak 25% bayi dengan gangguan pernapasan mengalami apnea.
Hipoglikemia/Hiperglikemia:
Hipoglikemia ataupun hiperglikemia dapat terjadi akibat gangguan suplai glukosa atau gangguan metabolisme glukosa pada bayi prematur, umumnya dapat normal kembali dalam 2 jam pasca lahir.
Kelainan Jantung:
Kelainan jantung bawaan sering terjadi pada bayi-bayi prematur, terutama duktus arteriosus paten (DAP) dan hipotensi sistemik. Risiko DAP meningkat pada bayi BBLSR, sedangkan hipotensi lebih sering terjadi pada BBLASR.
Perdarahan Intrakranial:
Perdarahan intraventrikular (PIV) stadium III dan IV sering terjadi pada bayi prematur akibat matriks germinal yang masih rapuh. Gangguan sistem saraf pusat akibat PIV juga dapat meningkatkan respiratory distress akibat gangguan auto regulasi serebral.
Retinopati Prematuritas atau Retinopathy of prematurity:
Dapat terjadi akibat perkembangan vaskularisasi mata yang belum sempurna ataupun akibat pemberian oksigen berkepanjangan pada bayi prematur. Retinopathy of prematurity sering kali terjadi pada bayi prematur < 34 minggu dan meningkatkan risiko gangguan visus menetap.
Necrotizing Enterocolitis (NEC):
Bayi prematur dengan BBLSR atau BBLASR memiliki risiko 10% lebih tinggi untuk mengalami NEC. NEC dapat meningkatkan mortalitas, gangguan perkembangan neurologis, dan gangguan gastrointestinal menetap.
Infeksi dan Sepsis:
Sepsis neonatorum merupakan komplikasi umum pada bayi-bayi prematur, umumnya disebabkan akibat bakteri gram positif dan Staphylococcus koagulase negatif.
Komplikasi Jangka Panjang
Komplikasi jangka panjang pada bayi prematur umumnya terjadi sebagai dampak dari komplikasi jangka pendek yang terjadi, antara lain:
- Rawat inap berulang akibat infeksi berulang, terutama infeksi pernapasan
- Gangguan perkembangan neurologis, seperti gangguan kognitif, defisit motorik halus dan/atau kasar, palsi serebral (cerebral palsy/CP), dan gangguan perilaku
- Gangguan pendengaran
- Gangguan penglihatan
- Gangguan pertumbuhan berat badan
- Penyakit kronik, seperti asma, hipertensi, resistensi insulin
Perlu diingat bahwa dalam menentukan tahapan tumbuh kembang bayi dan anak yang lahir prematur, harus dilakukan koreksi usia terlebih dahulu.[2,7,9,30]
Prognosis
Prognosis bayi prematur memburuk seiring dengan berat badan dan usia gestasi yang semakin kecil. Bayi-bayi prematur dengan BBLASR memiliki risiko mortalitas 30-50% dan morbiditas 20-50% meskipun mendapatkan tata laksana yang adekuat. Sebanyak 60% kematian neonatus terjadi pada bayi yang lahir pada usia gestasi < 34 minggu.[1,7,16]
Prognosis pada bayi dapat ditingkatkan dengan melakukan intervensi maternal sebelum bayi lahir, seperti pemberian kortikosteroid, antibiotik profilaksis, dan kontrol faktor risiko. Persiapan dan perencanaan kelahiran pada wanita hamil yang berisiko tinggi mengalami kelahiran prematur juga dapat dilakukan agar bayi mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai segera setelah lahir.[1,2,18]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri