Prognosis Kejang Demam
Prognosis kejang demam umumnya baik karena kelainan berada di ekstrakranial. Namun, terdapat risiko terjadinya kejang demam berulang pada anak-anak dengan faktor risiko. Komplikasi lain yang berkaitan dengan kejadian kejang demam antara lain epilepsi, paralisis Todd, mesial temporal sclerosis, serta gangguan tingkah laku dan kognitif.
Komplikasi
Komplikasi kejang demam dapat berupa kejang demam berulang, paralisis Todd, epilepsi parsial kompleks, mesial temporal sclerosis (MTS), serta gangguan tingkah laku dan kognitif anak.
Kejang Demam Berulang
Persentase kejadian kejang demam berulang dalam 2 tahun dipengaruhi jumlah faktor risiko. Faktor risiko terjadinya kejang demam berulang adalah:
- Riwayat keluarga dengan kejang demam (derajat pertama)
- Durasi antara demam dengan kejadian kejang <1 jam
- Usia anak <18 bulan
- Temperatur yang rendah yang membangkitkan bangkitan kejang[3,13]
Tabel 1. Persentase Kejadian Kejang Demam Berulang dalam 2 tahun Berdasarkan Jumlah Faktor risiko
Epilepsi
Beberapa kasus kejang demam memiliki risiko terjadinya epilepsi. Meski demikian, angka kejadian epilepsi akibat kejang demam sangat kecil. Hanya terdapat sekitar 1% kasus kejang demam sederhana yang menjadi epilepsi dan 4-6% pada kejang demam kompleks. Faktor risiko kejang demam yang berkembang menjadi epilepsi adalah:
- Kejang demam kompleks
- Riwayat keluarga dengan epilepsi
- Durasi demam <1 jam sebelum bangkitan kejang
- Gangguan pertumbuhan neurologis, seperti cerebral palsy dan hidrosefalus[1,13]
Paralisis Todd
Paralisis Todd adalah hemiparesis sementara setelah terjadinya kejang demam. Kondisi ini jarang terjadi, dan perlu dikonsultasikan ke spesialis neurologi.[4]
Epilepsi Parsial Kompleks dan Mesial Temporal Sclerosis
Riwayat kejang demam yang berkepanjangan ditemukan adanya hubungan dengan kejadian mesial temporal sclerosis (MTS). Temuan ini bukanlah merupakan temuan umum, sehingga kejang demam merupakan kondisi yang aman dan tidak berbahaya.[4]
Gangguan Tingkah Laku dan Kognitif
Walaupun gangguan kognitif, motorik, dan adaptif pada bulan pertama dan tahun pertama setelah kejang demam ditemukan tidak bermakna, tetapi banyak faktor independen yang berpengaruh, seperti status sosial-ekonomi yang buruk, kebiasaan menonton televisi, kurangnya asupan ASI, dan kejang demam kompleks.[2,9]
Prognosis
Pada pasien tanpa kelainan neurologis, kejang demam umumnya memiliki prognosis baik. Rekurensi mungkin terjadi pada pasien dengan kejang demam, terutama pada anak yang mengalami kejang pada usia <18 bulan. Pasien dengan kejang demam simpleks memiliki prognosis yang lebih baik daripada kejang demam kompleks.
Epilepsi dapat terjadi pada 3% kasus kejang demam. Epilepsi ditemukan lebih banyak terjadi pada kejang demam kompleks. Komplikasi lainnya hingga saat ini masih dalam penelitian lebih lanjut untuk menentukan hubungannya dengan kejang demam.[2,9]
Penulisan pertama oleh: dr. Nathania Sutisna