Patofisiologi Rakitis
Patofisiologi rakitis atau rickets bermula dari mineralisasi tulang yang abnormal, karena terdapat gangguan pada metabolisme kalsium, fosfor, dan vitamin D. Sedangkan mikronutrien tersebut diperlukan untuk pembentukan tulang.[3,5,8]
Rakitis Akibat Defisiensi Vitamin D
Vitamin D berperan utama dalam metabolisme mineral dan pertumbuhan tulang. Defisiensi vitamin D menyebabkan penyerapan kalsium dan fosfor terganggu, sehingga menyebabkan hipokalsemia dan hipofosfatemia. Pada kelompok ini, skrining vitamin D mungkin diperlukan. Hipokalsemia menyebabkan peningkatan pelepasan hormone paratiroid, sehingga terjadi fosfaturia dan kadar fosfat serum rendah.[3,5,8,12]
Fosfat serum rendah akan menghambat apoptosis kondrosit, sehingga akumulasi kondrosit hipertrofi. Pada akhirnya, pertumbuhan abnormal terjadi pada lempeng epifisis tulang rawan. Dalam proses ini, ada pembentukan jaringan osteosit tidak termineralisasi ,atau mineralisasi tulang yang abnormal. Mineralisasi tulang abnormal pada lempeng tulang akan menyebabkan beberapa gangguan tulang, termasuk rakitis dan osteomalasia.[3,5,8,12]
Metabolisme Vitamin D
Vitamin D disintesis di kulit setelah terpapar sinar matahari, atau radiasi ultraviolet B (UVB). UVB memiliki panjang gelombang 290−320 nanometer (nm). Sementara itu, sumber vitamin D dapat diperoleh dari makanan, seperti minyak zaitun, ikan, kuning telur. Jika vitamin D berasal dari makanan tidak mencukupi, suplementasi atau fortifikasi tambahan dapat ditambahkan.[3,12-13]
Suplementasi vitamin D tersedia dalam dua bentuk, yakni vitamin D2 (ergocalciferol) dan vitamin D3 (cholecalciferol). Vitamin D dicerna dan masuk ke dalam kilomikron, kemudian diserap ke dalam sistem limfatik dan darah vena.[3,12,13]
Vitamin D yang berasal dari kulit atau makanan bersifat inert secara biologis dan membutuhkan hidroksilasi pertama di hati oleh vitamin D-25-hidroksilase (25-OHase), menjadi 25(OH)D. Di ginjal, 25(OH)D dihidroksilasi lebih lanjut oleh 25(OH)D-1-OHase (CYP27B1) menjadi vitamin D bentuk 1,25(OH)2D yang aktif secara biologis. Bentuk 1,25(OH)2D ini akan merangsang penyerapan kalsium usus.[3,5,12,13]
Metabolisme Fosfat
Vitamin D berikatan dengan protein pengikat vitamin D, dan diangkut ke hati untuk hidroksilasi dan diubah oleh 25-hidroksilase menjadi calcidiol. Calcidiol dikenal juga sebagai hydroxyl-cholecalciferol, 25-hidroksivitamin, atau kalsifediol. Calcidiol kemudian akan diserap di tubulus proksimal ginjal melalui reseptor endositik megalin dan kubilin 12, kemudian dihidroksilasi oleh enzim 1 alfa-hidroksilase untuk membentuk metabolit aktif vitamin D yang disebut calcitriol.[2,3,8]
Calcitriol, dikenal sebagai 1,25-dihidroksivitamin D, bekerja pada reseptor vitamin D di sel usus untuk meningkatkan penyerapan kalsium. Kalsium serum yang rendah merangsang sekresi hormon paratiroid. Dalam jangka panjang, hiperparatiroidisme sekunder ini menghasilkan internalisasi protein cotransporter fosfat yang bergantung pada natrium di tubulus ginjal. Selanjutnya, menyebabkan kehilangan fosfat ginjal sehingga terjadi hipofosfatemia.[2,3,8]
Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari