Penatalaksanaan Sindrom Asperger
Penatalaksanaan sindrom Asperger atau autistic spectrum disorder tanpa disabilitas intelektual bertujuan untuk menyusun program yang bisa memaksimalkan potensi anak, meskipun kondisi ini tidak dapat disembuhkan. Penatalaksanaan dilakukan dengan dukungan keluarga, dan mengedepankan intervensi perilaku dan edukasi. Farmakoterapi hanya diberikan untuk mengendalikan hiperaktivitas atau agresivitas.
Tujuan dari terapi adalah untuk mengurangi perilaku disruptif dan membantu pasien belajar, khususnya dalam hal kemampuan berbahasa, komunikasi, dan keterampilan terkait kemandirian.
Pendekatan Edukasional
Pendekatan edukasional pada anak dengan sindrom Asperger serupa dengan anak dengan autisme lainnya. Mereka membutuhkan pendidikan khusus yang intensif dan terstruktur. Kelas yang digunakan sebaiknya adalah kelas dengan rasio guru dan murid yang rendah. Pendidikan sebaiknya difokuskan pada:
- Kemampuan untuk mentoleransi perintah atau petunjuk dari orang lain ketika melakukan suatu pekerjaan
- Kemampuan untuk mengerjakan aktivitas rutin harian secara konsisten
- Mengembangkan keinginan dan kemampuan berkomunikasi
- Merubah pola belajar asosiatif menjadi konseptual
Pendidikan harus didampingi dengan latihan berbahasa dan komunikasi, serta kemampuan sosial. Kemampuan komunikasi dan sosial dilatih secara bertahap sampai pasien mampu mempertahankannya dalam waktu relatif lama. Latihan yang harus dilakukan antara lain adalah latihan mempertahankan kontak mata, latihan menirukan ekspresi wajah tertentu, dan belajar melakukan perilaku yang tepat pada situasi sosial tertentu.[3,6,14]
Lingkungan
Pasien dengan sindrom Asperger dan ASD secara umum biasanya akan berfungsi lebih baik jika diberikan lingkungan yang terstruktur dan terorganisir. Dukungan lingkungan dapat berupa jadwal harian yang jelas, sehingga anak dapat mengantisipasi aktivitas dan apa yang diharapkan.
Anak dengan ASD juga umumnya lebih membutuhkan pengingat agar dapat fokus dan menyelesaikan tugas. Daftar tugas, penjadwalan yang bersifat visual, dan kejelasan dalam bentuk perilaku yang diharapkan akan sangat membantu anak terhindar dari kebingungan dan rasa frustasi. Hal ini juga bisa meningkatkan kemampuan dan performa anak dalam belajar.[18]
Terapi Perilaku
Terapi perilaku untuk pasien dengan autisme, termasuk sindrom Asperger, didasarkan pada prinsip teori belajar (learning theory) dengan tujuan membiasakan pasien melakukan perilaku yang diinginkan atau dianggap baik secara sosial, serta menghilangkan perilaku problematik. Tujuan terapi ini adalah menghilangkan perilaku disruptif pada pasien.
Terapi diawali dengan mengidentifikasi perilaku bermasalah, menentukan target perilaku yang diinginkan, dan menetapkan reward yang didapatkan pasien bila melakukan perilaku yang diinginkan. Penggunaan punishment sebaiknya dihindari, bila pasien tidak berperilaku sesuai yang diharapkan, punishment lebih mengarah pada penundaan pemberian reward. Model intervensi yang sering dipilih adalah terapi yang didasarkan pada prinsip Applied Behavioral Analysis (ABA).[3,4]
Medikamentosa
Hingga kini, belum ada medikamentosa yang secara spesifik mampu memperbaiki gangguan sosial dan komunikasi pada autisme secara umum dan sindrom Asperger secara khusus. FDA telah menyetujui penggunaan risperidone dan aripiprazole jangka pendek pada pasien dengan ASD untuk menangani gejala agresi, melukai diri sendiri, dan tantrum.[3]
Obat-obat golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), seperti fluoxetine dan sertraline, dapat digunakan untuk gejala-gejala cemas, gangguan obsesif kompulsif, dan depresi yang menyertai sindrom Asperger.[15]