Pendahuluan Dislokasi Temporomandibular Joint (TMJ)
Dislokasi temporomandibular joint/TMJ atau dislokasi mandibula adalah kondisi di mana processus condylaris mengalami bergeser atau terlepas dari fossa glenoid tulang temporal. Keadaan ini dikenal pula dengan condylar displacement dan menyebabkan terjadinya spasme otot sehingga mulut sulit menutup. Secara klinis, umumnya pasien dengan dislokasi TMJ datang dengan nyeri mandibula dan kesulitan mengatupkan rahang.
Dislokasi TMJ seringkali terjadi setelah gerakan membuka rahang spontan yang ekstrem, seperti batuk atau menguap. Kondisi lainnya yang dapat menyebabkan dislokasi TMJ adalah kelainan anatomis komponen TMJ, cedera atau trauma, iatrogenik. Sedangkan beberapa faktor risikonya adalah penggunaan obat-obatan yang dapat menyebabkan reaksi distonik seperti metoklopramid, dan penyakit sistemik yang berhubungan dengan spasme/distonia otot.[1,2,12]
Sendi TMJ adalah persendian antara bagian kondilus (processus condylaris) tulang mandibula dan bagian fossa glenoid/fossa mandibula tulang temporal.[1,2]
Hal yang penting diidentifikasi dalam dislokasi TMJ adalah patensi jalan napas dan evaluasi cedera yang melibatkan bagian lainnya. Dislokasi TMJ umumnya memberikan gambaran klinis yang jelas, seperti rahang yang membuka dan tidak bisa digerakkan, nyeri preaurikular, dan processus condylaris terpalpasi pada pemeriksaan fisik.
Karena secara klinis sudah jelas, pemeriksaan penunjang seperti pencitraan tidak selalu diperlukan. Akan tetapi, pada kondisi di mana klinisnya belum jelas atau dicurigai adanya fraktur (misalnya karena trauma maxillofacial atau mengeksklusi fraktur mandibula) pemeriksaan penunjang seperti CT scan maxillofacial atau foto polos dapat direkomendasikan.
Pemeriksaan lain yang dapat dipertimbangkan adalah orthopantomogram (OPG) atau rontgen panoramik dental, cone beam computed tomography (CBCT), dan magnetic resonance imaging (MRI).[2–4,12]
Penatalaksanaan dislokasi TMJ berupa analgesik, misalnya anestesi lokal secara intraartikular atau blok saraf, seperti nervus massetericus atau nervi temporales profundi dapat dipertimbangkan. Hal ini untuk mengurangi nyeri dan memfasilitasi tindakan, seperti reduksi manual.
Pada dislokasi TMJ akut, perawatan konservatif meliputi metode reduksi manual tanpa farmakoterapi dapat dilakukan terlebih dahulu. Jika tidak berhasil, reduksi dapat dilakukan dengan tambahan farmakoterapi seperti muscle relaxants dan analgesik. Pada kondisi tertentu, anestesi umum mungkin diperlukan. Pada dislokasi TMJ kronis atau jika perawatan konservatif tidak lagi efektif, pembedahan dapat dipertimbangkan.[1,4,12]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli