Epidemiologi Kista Dentigerous
Epidemiologi kista dentigerous merupakan kista odontogenik terbesar kedua di seluruh dunia. Dari seluruh jenis kista mandibula, 20% diantaranya merupakan kista dentigerous. Kista dentigerous umumnya ditemukan pada dekade ke-2 dan ke-4 dari kehidupan. Namun, kista ini juga dapat dijumpai pada anak-anak dan remaja.
Global
Prevalensi kista dentigerous bervariasi di seluruh dunia, karena variasi genetik dan lingkungan. Berbagai penelitian melaporkan bahwa dari seluruh jenis kista odontogenik, paling sering ditemukan adalah kista radikuler dan posisi kedua adalah kista dentigerous.[2,12]
Usia presentasi kista dentigerous antara 3‒57 tahun, dengan rerata usia sekitar 22,5 tahun. Selain itu, pria dilaporkan lebih sering mengalami kondisi ini, dengan rasio pria dan wanita sebesar 1,8:1.[9,10]
Dalam berbagai penelitian yang melihat prevalensi di seluruh area rongga mulut, kista dentigerous paling banyak terjadi pada molar ketiga rahang bawah (45,7%), diikuti oleh kaninus rahang atas (30,95%) dan premolar serta molar rahang bawah (19,05%).[9-16]
Indonesia
Di Indonesia, prevalensi kista dentigerous secara nasional tidak ditemukan. Beberapa rumah sakit telah melaporkan bahwa insidensi kista dentigerous menempati posisi kedua setelah kista radikular dari seluruh kista odontogenik.[13,24]
Mortalitas
Kista dentigerous umumnya bersifat jinak dan tidak mengancam nyawa. Namun, sangat penting untuk menanganinya dengan tepat untuk mencegah komplikasi, seperti infeksi kronis. Kista ini sangat jarang berisiko berubah sifat menjadi karsinoma sel skuamosa, tetapi keganasan ini dapat mengancam nyawa.[9,10]