Pendahuluan Temporomandibular Joint Disorder (TMD)
Temporomandibular Joint Disorder (TMD) adalah nyeri pada sekelompok muskuloskeletal yang melibatkan sendi temporomandibular, otot pengunyahan, dan semua jaringan terkait. TMD merupakan salah satu penyebab nyeri di area mulut dan wajah, serta berpotensi mengakibatkan nyeri kronis persisten. [1]
TMD secara signifikan dapat menurunkan kualitas hidup penderita, sehingga para ahli mengembangkan teknik diagnosis yang diikuti dengan intervensi tepat sedini mungkin. TMD kronis sering dikaitkan dengan kondisi lain, seperti migrain, fibromyalgia, bruksisme, depresi, sindrom kolitis, dan kelelahan kronis.[2]
Nyeri sendi temporomandibular dilaporkan pertama kali oleh Costen pada tahun 1930-an dan dianggap sebagai dampak dari perubahan oklusi. Kadangkala TMD sulit didiagnosis karena sering terjadi bersamaan atau menyerupai sakit kepala primer lain, seperti persistent idiopathic facial pain atau tension-type headache. Penegakan diagnosis TMD sebagian besar berada dalam domain dokter gigi umum, atau dokter gigi spesialis bedah mulut dan maksilofasial.[3]
Nyeri akibat TMD memiliki tingkat keparahan yang bervariasi. Seringkali digambarkan sebagai nyeri tumpul atau berdenyut, dan dapat berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam. Nyeri tersebut biasanya dipicu oleh gerakan rahang (protrusif-retrusif atau lateral), serta palpasi area sendi atau otot-otot pengunyahan.[3]
Nyeri akibat TMD bisa bilateral atau unilateral. Sebagian besar terlokalisasi di daerah preaurikular, dan kadang menyebar ke pelipis atau leher. Dapat disertai suara saat membuka rahang (clicking atau krepitasi), tinnitus, dan vertigo. Pada pemeriksaan klinis, seringkali dijumpai deviasi lateral rahang dan nyeri tekan pada otot-otot pengunyahan.[3]