Diagnosis Glomerulonefritis
Diagnosis glomerulonefritis dapat ditentukan secara pasti dengan biopsi ginjal. Gejala klinis glomerulonefritis bisa bervariasi tergantung tipenya, yaitu akut atau kronis. Pada glomerulonefritis akut akibat infeksi, pasien mungkin mengalami edema wajah, urine berwarna gelap, demam, dan nyeri abdomen. Pada glomerulonefritis kronis, pasien umumnya mengalami gejala penyakit ginjal kronis.[3,6,8]
Anamnesis
Gejala pasien glomerulonefritis bervariasi, mulai dari asimtomatik sampai sakit berat. Glomerulonefritis dapat dibedakan berdasarkan onset menjadi akut dan kronis. Salah satu kasus glomerulonefritis akut yang sering ditemukan adalah post-streptococcal glomerulonephritis (PSGN).[3]
PSGN lebih sering terjadi pada anak laki-laki berusia 2–14 tahun, sekitar 1–2 minggu setelah faringitis atau 2–5 minggu setelah infeksi kulit. Gejala dapat berupa edema pada wajah dan area periorbital, urine berwarna gelap, dan gejala nonspesifik seperti demam, nyeri abdomen, dan lemah.[3]
Pada pasien glomerulonefritis kronis, penyakit ginjal kronis umumnya sudah terjadi dan sudah ada tanda uremia seperti fatigue, pruritus, mual-muntah saat pagi hari, hilang nafsu makan, penurunan berat badan, gangguan pola tidur, kejang, dan tremor.[6]
Gejala sistemik juga dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis tergantung pada penyebab yang mendasari. Sebagai contoh, gejala hemoptisis dapat ditemukan pada pasien sindrom Goodpasture atau glomerulonefritis idiopatik progresif. Ruam purpura juga dapat ditemukan pada glomerulonefritis akibat vaskulitis hipersensitif dan akibat krioglobulinemia.[6,8,23]
Berikut ini merupakan beberapa kumpulan gejala sistemik yang dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis:
- Konstitusional: demam, menggigil, penurunan berat badan, keringat malam, dan lemas
- Neurologi: nyeri kepala, kejang
- Oftalmologi: penurunan tajam penglihatan, nyeri mata
- Telinga, hidung, dan tenggorokan: epistaksis, batuk, pilek, hidung tersumbat, dan luka pada mulut
- Kardiovaskular: nyeri dada
- Paru-paru: sesak napas, hemoptisis
- Abdomen: ascites, nyeri abdomen
- Kulit: purpura atau ruam
- Muskuloskeletal: artralgia, myalgia[6,8,23]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien glomerulonefritis dilakukan secara menyeluruh untuk mencari penyebab yang mendasari. Penemuan tanda uremia umumnya menunjukkan glomerulonefritis dengan onset kronis.[3,6,8]
Tanda Vital
Pemeriksaan fisik dapat diawali dengan pemeriksaan tanda vital pasien. Hipertensi dan demam dapat ditemukan pada glomerulonefritis.[3,6,8]
Tanda Akumulasi Cairan
Berikut ini merupakan tanda akumulasi cairan yang dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis:
- Edema periorbital
- Edema pitting pada tungkai
- Peningkatan tekanan vena jugularis
- Suara crackles pada paru
- Ascites
Efusi pleura[3,6,8]
Tanda Uremia
Tanda-tanda uremia merupakan salah satu karakteristik glomerulonefritis kronis. Berikut ini merupakan tanda-tanda uremia yang dapat ditemukan pada glomerulonefritis kronis:
- Hipertensi
- Peningkatan tekanan vena jugularis
- Tanda edema paru, yaitu suara rales pada paru
Friction rub perikardial
- Gastritis uremik enteropati yang ditandai nyeri tekan regio epigastrik atau darah pada feses
- Penurunan sensasi dan asterixis atau flapping tremor[3,6,8]
Tanda Lainnya
Berikut ini merupakan tanda klinis lain yang dapat ditemukan pada glomerulonefritis:
- Mata: konjungtiva anemis, retinitis, uveitis, xanthelasma
- Telinga, hidung, tenggorokan: faringitis, ulkus mulut, sinusitis, epistaksis
- Kulit: ruam atau purpura
- Kardiovaskular: murmur jantung
- Urogenitalia: hematuria makroskopik atau mikroskopik dan nyeri ketok daerah kostovertebra
- Neurologi: penurunan kesadaran, kejang, neuropati perifer
- Ekstremitas: iskemia atau infark digital
- Muskuloskeletal: arthritis, nyeri tekan, dan pembengkakan sendi
- Metabolik: peningkatan berat badan, anoreksia[3,6,8]
Diagnosis Banding
Beberapa penyakit urogenital dapat menyerupai glomerulonefritis, seperti batu ginjal, kanker ginjal, dan kanker buli.
Batu Ginjal
Batu ginjal atau nefrolitiasis dapat menyebabkan gross hematuria yang juga dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis. Akan tetapi, pada nefrolitiasis, hematuria umumnya diiringi dengan nyeri berkemih dan nyeri alih sesuai posisi batu. Pemeriksaan ultrasonografi ginjal dapat membedakannya dengan glomerulonefritis.[7]
Kanker Buli
Kanker buli dan glomerulonefritis dapat memiliki gejala yang serupa, yaitu hematuria tanpa rasa nyeri. Pada kanker buli, riwayat merokok pada pasien umumnya dapat ditemukan. Kanker buli dapat dibedakan dengan glomerulonefritis dengan pemeriksaan sistoskopi dan biopsi pada lesi.[7]
Kanker Ginjal
Kanker ginjal dapat memiliki gejala yang mirip dengan glomerulonefritis, seperti nyeri flank, demam, dan hematuria. Akan tetapi, pada pemeriksaan urinalisis, umumnya dokter hanya menemukan hematuria tanpa kelainan lain. Pada computed tomography (CT), dokter dapat menemukan massa renal.[7]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat membantu klinisi mengetahui penyebab yang mendasari glomerulonefritis.
Pemeriksaan Darah Lengkap
Anemia dapat terjadi pada pasien glomerulonefritis, yang ditandai dengan penurunan hemoglobin dan hematokrit. Pada glomerulonefritis akibat infeksi, leukositosis dapat ditemukan. Penurunan platelet dapat menunjukkan mikroangiopati trombotik.[3,6,24]
Peningkatan kreatinin, peningkatan blood urea nitrogen (BUN), dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) dapat ditemukan pada keadaan gagal ginjal. Laju endap darah juga umumnya ditemukan meningkat pada pasien glomerulonefritis.[3,6,24]
Urinalisis dan Studi Urine 24 Jam
Urine pada pasien glomerulonefritis umumnya memiliki warna gelap dengan gravitasi spesifik >1.020. Selain itu, dokter juga dapat menemukan sel darah merah pada urine. Proteinuria juga umum ditemukan pada glomerulonefritis yang memiliki presentasi klinis sindrom nefrotik dan sindrom nefritik.[3,6,24]
Pada sindrom nefrotik, ekskresi protein urine >3.500 mg/24 jam atau perbandingan protein dengan kreatinin >3.000 mg/g pada dewasa. Proteinuria dengan hematuria umumnya ditemukan pada glomerulonefritis dengan presentasi klinis sindroma nefritik. Akan tetapi, proteinuria juga dapat ditemukan pada pasien muda keadaan sesaat, yang disebut sebagai isolated proteinuria.[3,6,24]
Serum Albumin
Pemeriksaan serum albumin dilakukan untuk mengetahui kerusakan filtrasi glomerulus. Semakin rendah serum albumin, semakin besar peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap albumin. Pada glomerulonefritis, penurunan serum albumin dan peningkatan proteinuria umum terjadi. Akan tetapi, bila serum albumin yang rendah disertai dengan kadar protein urine yang normal, maka kemungkinan penyebab turunnya kadar albumin adalah penurunan produksi albumin akibat penyakit hati.[3,6,24]
Lactic Acid Dehydrogenase
Pemeriksaan lactic acid dehydrogenase (LDH) dilakukan untuk mendeteksi hemolisis atau kerusakan otot. Tanpa kerusakan otot atau organ viseral, peningkatan LDH dapat menunjukkan hemolisis yang disebabkan oleh etiologi glomerulonefritis seperti trombotik mikroangiopati.[3,6,24]
Kadar Komplemen
Pemeriksaan kadar komplemen dapat membantu klinisi dalam menentukan etiologi glomerulonefritis. Kadar komplemen serum rendah ditemukan pada krioglobulinemia, lupus eritematosus sistemik, nefritis shunt, dan endokarditis bakterial. Sementara itu, kadar komplemen serum normal dapat ditemukan pada poliarteritis nodosa, sindrom Goodpasture, Henoch-schonlein purpura, dan abses viseral. Penurunan komplemen C3 dan C4 dapat ditemukan pada nefritis akut setelah infeksi Streptococcus.[3,6,24]
Antibodi Streptolysin-O
Peningkatan antibodi streptolysin-O (ASTO) dapat ditemukan pada 75–80% pasien post-streptococcal glomerulonephritis (PSGN) yang tidak mendapat antibiotik setelah 10–14 hari infeksi.[3,6,24]
Pemeriksaan Laboratorium Lain
Beberapa pemeriksaan laboratorium tambahan juga dapat dilakukan sesuai etiologi yang dicurigai. Berikut ini adalah contohnya:
Antineutrophil cytoplasmic autoantibodies (ANCA): dapat dilakukan pada pasien glomerulonefritis dengan vaskulitis
- Autoantibodi antiglomerular basement membrane (GBM): autoantibodi anti-GBM dapat ditemukan meningkat pada glomerulonefritis akibat sindrom Goodpasture
- Antibodi antinuklear: bisa digunakan untuk mendeteksi SLE (lupus eritematosus sistemik) dan penyebab autoimun lain
- Hitung retikulosit: peningkatan hitung retikulosit yang disertai penurunan hitung platelet ditemukan pada hemolisis intravaskular akibat trombotik mikroangiopati
- Antibodi anti-dsDNA: peningkatan anti-dsDNA dapat ditemukan pada pasien glomerulonefritis akibat SLE
- Serologi virus hepatitis B, hepatitis C, dan HIV: deteksi hepatitis B, hepatitis C, dan HIV disarankan pada pasien glomerulonefritis untuk pencarian etiologi dan untuk rencana terapi imunosupresif
- Faktor rheumatoid: pemeriksaan dilakukan untuk skrining krioglobulinemia tipe 2 dan 3 serta penyakit autoimun lain
- D-dimer: peningkatan D-dimer menunjukkan peningkatan risiko penggumpalan darah, yang dapat ditemukan pada sindrom nefrotik berat dengan mikroangiopati trombotik
- Aktivitas ADAMTS-13: bisa digunakan untuk mendeteksi glomerulonefritis akibat trombotik trombositopenia purpura (TTP)[3,6,24]
Radiologi
Rontgen toraks dilakukan pada pasien glomerulonefritis untuk mendeteksi sindrom pulmonal-renal dan komplikasi pulmonal lain seperti efusi pleura dan kardiomegali. CT kepala dilakukan pada pasien dengan hipertensi maligna dan gangguan kesadaran. CT abdomen dapat dilakukan bila ada kecurigaan abses viseral.[3,6,8,24]
Ultrasonografi ginjal dilakukan untuk mengetahui bentuk ginjal dan evaluasi adanya obstruksi dan fibrosis. Ukuran ginjal <9 cm menunjukkan jaringan parut dan penyakit ginjal kronis. Echocardiography bisa dilakukan pada pasien glomerulonefritis dengan kecurigaan endokarditis atau efusi perikardium.[3,6,8,24]
Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal disarankan untuk menentukan diagnosis glomerulonefritis primer dan untuk pasien dengan riwayat keluarga berpenyakit ginjal dengan presentasi klinis atipikal. Berdasarkan hasil biopsi, glomerulonefritis dapat dibagi menjadi:
-
Immune complex-mediated glomerulonephritis: nefropati IgA, glomerulonefritis yang terkait infeksi, lupus nefritis, fibrillary glomerulonephritis
ANCA-associated glomerulonephritis: PR3-ANCA positif, MPO-ANCA positif
- Anti-GBM glomerulonephritis
Monoclonal Ig-glomerulonephritis: PGNMD (proliferative glomerulonephritis with monoclonal Ig deposits), monoclonal Ig deposition disease (MIDD)
- Glomerulopati C3: C3 glomerulonefritis, dense deposit disease (DDD)[3,8,25]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur