Pendahuluan Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah peningkatan kalium serum lebih dari batas atas, yaitu >5,5 meq/L pada orang dewasa. Pada anak-anak, kisaran batas atas beragam, tergantung usia. Kelainan elektrolit ini sering ditemukan pada pasien gagal ginjal, diabetes mellitus, gagal jantung, dan pengguna obat golongan renin-angiotensin-aldosterone system inhibitors (RAASi).[1–3]
Hiperkalemia disebabkan oleh tiga hal utama, yaitu kelebihan asupan kalium, penurunan ekskresi kalium, dan pergeseran kalium intrasel ke ekstrasel. Keparahan manifestasi klinis hiperkalemia bergantung pada kenaikan kadar kalium dalam plasma. Hiperkalemia ringan biasanya tidak menimbulkan gejala atau asimtomatik, sedangkan hiperkalemia berat dapat menimbulkan kelemahan otot, aritmia, paralisis respiratorik, dan henti jantung.[1,4]
Gambar 1. Gambaran EKG pada Hiperkalemia dari Kelainan Gelombang T sampai Fibrilasi Ventrikel.
Diagnosis hiperkalemia seringkali didapatkan dari peningkatan kalium pemeriksaan laboratorium, karena gejala dapat bervariatif dari asimtomatik sampai lemas, kelelahan, palpitasi, maupun sinkop. Pasien dapat memiliki riwayat penyakit lain yang menjadi penyebab hiperkalemia, seperti gagal ginjal kronis dan diabetes mellitus. Pemeriksaan lainnya adalah identifikasi kadar serum elektrolit, EKG, dan urinalisis.
Tata laksana hiperkalemia tergantung penyebab yang mendasari dan skenario klinis pada masing-masing pasien. Secara umum, tata laksana hiperkalemia bisa mencakup stabilisasi membran elektrik dengan pemberian kalsium, perpindahan kalium dari ekstrasel ke intrasel dengan natrium bikarbonat, insulin, salbutamol, dan meningkatkan ekskresi kalium dengan diuretik atau dialisis.[5,6]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli