Pendahuluan Ensefalitis
Ensefalitis adalah peradangan parenkim otak yang berhubungan dengan disfungsi neurologis seperti penurunan kesadaran, kejang, perubahan kepribadian, kelumpuhan saraf kranial, gangguan bicara, dan defisit motorik dan sensorik. Ensefalitis dapat disebabkan oleh etiologi infeksi seperti virus dan bakteri, serta etiologi noninfeksi seperti proses autoimun.
Beberapa organisme yang dapat menyebabkan ensefalitis adalah virus herpes simpleks, virus varicella zoster, dan Mycoplasma sp. Di Indonesia, ensefalitis juga bisa menjadi komplikasi berbagai penyakit infeksi tropik, seperti pada infeksi dengue dan malaria.[1,2]
Data epidemiologi menunjukan bahwa kasus ensefalitis dapat terjadi pada semua usia, namun paling banyak terjadi pada anak-anak dengan insidensi sedikit lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan. Mortalitas tergantung dari tingkat virulensi virus dan daya tahan tubuh pasien.
Diagnosis ensefalitis harus dipikirkan bila seseorang memiliki gejala penurunan kesadaran, letargi, dan perubahan kepribadian mendadak. Ensefalitis harus dibedakan dari penyakit lain seperti abses otak dan meningitis. Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mengidentifikasi agen penyebab ensefalitis dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan penunjang mencakup pemeriksaan darah, pencitraan neurologi, dan analisis cairan serebrospinal.
Tujuan tata laksana adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi. Penanganan lebih awal dan hasil ensefalogram yang normal dikaitkan dengan kesintasan yang lebih tinggi. Komplikasi ensefalitis meliputi kejang, hidrosefalus, dan gejala sisa neurologis seperti gangguan perilaku dan motorik.[2]