Pendahuluan Hernia Nukleus Pulposus
Hernia nukleus pulposus atau HNP adalah protrusi nukleus pulposus atau bantalan ruas tulang belakang melalui anulus fibrosus yang defek lewat diskus intervertebralis. Kondisi ini paling sering melibatkan vertebra lumbalis/L1–L5, dilanjutkan dengan area servikalis/C1–C7. Area torakal/T1–T12 juga dapat terlibat walaupun jarang ditemukan.[1,2]
Penyakit HNP disebabkan oleh proses degeneratif area intervertebra, misalnya karena penuaan, atau trauma karena aktivitas berlebihan yang membebani vertebra. Kondisi-kondisi ini dapat menyebabkan defek anulus fibrosus. Beberapa aktivitas, seperti mengangkat beban berat dan olahraga yang melibatkan gerakan rotasi vertebra secara berulang, seperti golf, berisiko menyebabkan HNP.[1–4]
Manifestasi klinis HNP yang sering ditemukan adalah nyeri seperti terbakar atau tersengat yang dapat menjalar sesuai dermatom (radikulopati atau nyeri menjalar), pada area persarafan sesuai nukleus pulposus yang protrusi. Manifestasi klinis lainnya adalah penurunan refleks fisiologis dan gangguan motorik sesuai dermatom area yang defek, seperti parese sampai plegi. Gejala neurologis ini terjadi karena kompresi mekanis dan reaksi inflamasi.[1,2]
Bila HNP melibatkan area servikal, manifestasi sensorik yang paling sering ditemukan adalah pada area leher dengan penjalaran ke lengan. Pada area torakal, gejala neurologis juga sesuai dermatomnya, seperti area medial lengan bawah (T1), area puting (T4), dan umbilikal (T10).[4,5]
Pada HNP area lumbosakral, nyeri biasanya melibatkan punggung bawah dan dapat menjalar ke tungkai. Pada keterlibatan L4–S3, nyeri menjalar sepanjang saraf skiatika (nyeri skiatika), dari bokong sampai bagian belakang tungkai. Sindrom cauda equina atau kelemahan otot yang berat adalah red flag pada HNP lumbosakral yang mungkin memerlukan tindakan dekompresi.[2,3,6,7]
Baku emas diagnosis untuk HNP adalah pencitraan cross-sectional, seperti CT scan dan MRI, atau temuan langsung gambaran HNP pada saat operasi. Meski demikian, perlu diperhatikan bahwa pencitraan cross-sectional ini kurang spesifik dan dapat ditemukan pula gambaran patologis pada kelompok asimtomatis. Maka dari itu, temuan patologis pada pencitraan ini perlu disesuaikan kembali dengan klinis, seperti radikulopati dan uji neurologis lainnya sesuai dermatom yang prolaps.[8]
Tata laksana utama untuk HNP tanpa red flags adalah konservatif, misalnya pemberian analgetik golongan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen dan diklofenak. Imobilisasi misalnya menggunakan collar neck pada HNP servikal, maupun korset pada HNP lumbal dapat dipertimbangkan untuk tujuan stabilisasi. Terapi lainnya adalah injeksi kortikosteroid epidural dan operasi dekompresi.[2–5,7]
Penulisan pertama oleh: dr. Diana Atmaja