Pendahuluan Myasthenia Gravis
Myasthenia gravis merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan kelemahan muskular akibat gangguan transmisi neuromuskular. Pada myasthenia gravis, terbentuk autoantibodi terhadap membran postsinaptik neuromuscular junction, sehingga mengakibatkan berkurangnya transmisi impuls elektrik dan kelemahan otot.[1,2]
Myasthenia gravis dapat dicetuskan oleh berbagai kondisi medis, seperti infeksi, imunisasi, pembedahan, dan obat-obatan. Usia saat onset bervariasi, mulai usia kanak-kanak hingga dewasa, dengan puncak pada wanita dewasa muda dan pria dewasa yang lebih tua.[2,3]
Gejala klasik myasthenia gravis adalah kelemahan otot fluktuatif yang lebih menonjol pada siang hari, umumnya pada otot-otot okular, tenggorokan, dan ekstremitas. Spektrum gejala bervariasi, mulai dari kelemahan otot okular saja, hingga kelemahan berat pada otot-otot ekstremitas, bulbar, dan pernapasan. Pemeriksaan penunjang berupa tes serologi, tes elektrofisiologi, dan tes tensilon mungkin diperlukan untuk mengonfirmasi diagnosis.[1-3]
Terapi farmakologis myasthenia gravis meliputi agen antikolinesterase seperti pyridostigmine, imunosupresan seperti prednison, plasmafaresis, dan immunoglobulin intravena (IVIg). Pasien dengan gejala myasthenia gravis generalisata ringan dapat diobati dengan pyridostigmine saja, tetapi sebagian besar pasien myasthenia gravis memerlukan pengobatan imunomodulator. Tindakan pembedahan timektomi dapat dilakukan pada kasus tertentu.[3,4]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta