Diagnosis Perdarahan Intrakranial
Diagnosis perdarahan intrakranial dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik mengenai gejala dan tanda perdarahan intrakranial, misalnya nyeri kepala, kejang, kaku kuduk, dan penurunan kesadaran. Namun, diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan melalui pemeriksaan pencitraan otak, berupa CT Scan, CT Angiografi, dan MRI.
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara cepat guna menemukan gejala serta tanda perdarahan intrakranial. Gejala akut perdarahan intrakranial sering kali sulit dibedakan dari stroke iskemik. Beberapa gejala yang sering ditemukan, antara lain:
- Nyeri kepala
- Mual, muntah
- Kejang
- Gejala neurologis fokal dan generalisata
- Koma[1,3]
Jika tanda-tanda di atas ditemukan, maka pasien cenderung mengalami perdarahan intrakranial dan bukan stroke iskemik. Namun diagnosis pasti hanya ditegakkan melalui pencitraan otak.
Untuk perdarahan intrakranial traumatik, perlu juga ditanyakan mengenai mekanisme trauma, ada tidaknya perubahan tingkat kesadaran atau hilang kesadaran, serta riwayat penggunaan antikoagulan.[1,3]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik terpenting untuk dilakukan adalah penilaian Glasgow coma scale (GCS) untuk menilai seberapa parah cedera kepala (jika ada) yang terjadi pada pasien. Selain itu, dilakukan beberapa pemeriksaan fisik lain, seperti :
- Tekanan darah: untuk memastikan adanya hipertensi dan peningkatan tekanan diastolik yang berhubungan dengan perdarahan intrakranial
- Kaku kuduk: jika ditemukan, dapat dicurigai adanya kelainan pada selaput meninges. Pemeriksaan kaku kuduk sebaiknya ditunda pada kasus trauma kepala sampai vertebra servikal dipastikan aman
- Perdarahan pada retina subhialoid
- Anisokoria pupil
- Defisit neurologis fokal[1,3]
Berikut gejala-gejala yang dapat ditemukan berdasarkan letak lokasi perdarahan.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding perdarahan intrakranial antara lain stroke iskemik, ensefalitis herpes simpleks, sindrom diseksi, hidrosefalus, penyakit Moyamoya, epilepsi, dan empiema subdural.
Stroke Iskemik
Stroke iskemik memiliki onset yang cenderung perlahan dan terjadi pada kondisi pasien yang sedang tenang (tidak beraktivitas), dapat juga disebabkan oleh fibrilasi atrium yang menimbulkan stroke kardioemboli.
Kerusakan reperfusi akibat terapi trombolitik stroke iskemik akut juga dapat menjadi diagnosis banding dari perdarahan intrakranial. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan aliran darah serebral ipsilateral yang melebihi kebutuhan jaringan otak.
Ensefalitis
Ensefalitis dapat disebabkan oleh virus herpes simpleks, Japanese encephalitis, measles dan rabies. Gejala biasanya diawali dengan adanya demam, malaise, dan mual yang diikuti dengan gejala letargis, kebingungan, dan delirium.
Sindrom Diseksi
gejala diseksi paling sering berupa gejala iskemia dan dapat dipastikan dengan CT-angiografi yang menunjukkan adanya flap lapisan intima atau gambaran lumen double-barrel.
Hidrosefalus
Gejala hidrosefalus pada pasien dewasa biasanya mual, kepala pasien membesar pada pemeriksaan fisik, dan ditemukan adanya akumulasi cairan serebrospinal.
Penyakit Moyamoya
Penyakit Moyamoya merupakan penyakit pembuluh darah otak oklusif yang terjadi pada sirkulus Willisi, arteri otak, dan batang otak, dapat dilihat pada hasil CT-angiografi otak. Penyakit ini banyak terjadi pada orang Jepang.
Epilepsi
Epilepsi ditandai dengan kejang dan dipastikan dengan elektroensefalografi (EEG).
Empiema Subdural
Empiema subdural merupakan pengumpulan massa abses pada lapisan subdural. Gejala yang ditimbulkan akan menyerupai gejala peningkatan tekanan intrakranial. Selain itu, dapat ditemukan kaku kuduk serta kelainan pada cairan serebrospinal.[3,7]
Malaria Serebral
Pada malaria serebral, tanda dan gejala utama adalah adanya penurunan kesadaran (koma) dan syok. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan apus darah berupa adanya gambaran hiperparasitemia yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada perdarahan intrakranial, antara lain:
- Pencitraan otak: CT Scan, MRI, dan CT- / MR- angiografi
-
Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, prothrombin time (PT), activated partial thromboplastin time (aPTT), kimia darah, toksikologi, dan skrining kelainan darah, infeksi, dan vaskulitis
- Pemeriksaan lain: elektrokardiografi dan pungsi lumbal[3,8,9]
Pencitraan Otak
Pencitraan otak yang biasanya dilakukan:
CT Scan Kepala
CT Scan kepala merupakan standar diagnosis perdarahan intrakranial, dapat menggambarkan fraktur tengkorak serta adanya hematoma dan edema perihematoma dengan baik.
CT Scan lebih dianjurkan untuk dilakukan pada pasien yang diduga mengalami perdarahan intrakranial. CT Scan memiliki waktu pemeriksaan yang lebih cepat, dan hasil yang cukup akurat. Hasil yang lebih akurat dan gambaran yang lebih jelas dapat dicapai dengan penggunaan kontras. Penggunaan CT Scan dengan atau tanpa kontras didasari pada kebutuhan klinisi, misalnya untuk melihat perdarahan aktif, kontras akan dapat menunjukkan sumber serta lokasi perdarahan yang terjadi pada pasien.
Teknik CT Scan lain berupa CT-angiografi dapat bermanfaat untuk diagnosis aneurisma, malformasi arteriovenosa, serta stroke iskemik.[3,9]
MRI Otak
MRI otak: mendeteksi malformasi arteriovena dan angioma kavernosus sekitar hematoma, lebih baik dalam menggambarkan jaringan lunak dibandingkan CT Scan dan dapat membedakan perdarahan hiperakut hingga kronis
-
Angiografi atau Digital Subtraction Angiography / DSA: dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita penyakit Moyamoya, malformasi arteriovena, aneurisma, dan emboli. Selain tujuan diagnostik, pada pasien emboli dan aneurisma pemeriksaan ini juga memiliki tujuan terapeutik[3,8,10-13]
USG Doppler Transkranial
Pemeriksaan ultrasonografi Doppler transkranial dapat digunakan untuk memeriksa penyakit Moya-Moya.[3,8,14]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak bersifat diagnostik untuk perdarahan intrakranial, tetapi dapat bermanfaat untuk menilai adanya faktor risiko perdarahan. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan :
- Trombosit: melihat adanya risiko perdarahan
-
Prothrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin time (aPTT): menilai fungsi koagulasi darah. Pada pasien yang mendapat enoxaparin atau novel oral anticoagulants (NOACs) seperti rivaroxaban dan apixaban, PT dan aPTT akan tetap normal
- Gula darah dan elektrolit: kadar gula darah perlu dipertahankan tetap normal. Hiponatremia diasosiasikan dengan perdarahan intrakranial dan perlu dikoreksi
- Pemeriksaan kimia darah dan elektrolit: memastikan adanya kelainan metabolik dan memonitor osmolaritas darah selama diuresis. Kontrol gula darah dan natrium
- Pemeriksaan toksikologi: mengukur kadar alkohol darah jika dicurigai adanya intoksikasi alkohol. Mengingat intoksikasi alkohol merupakan risiko perdarahan intrakranial, penurunan kesadaran tidak boleh dianggap sebagai hanya akibat intoksikasi alkohol hingga diagnosis perdarahan intrakranial dapat disingkirkan[3,8,14]
Elektrokardiografi
Perdarahan intrakranial dapat menyebabkan terjadinya aritmia. Gambaran EKG yang dapat ditemukan pada perdarahan intrakranial di antaranya sebagai berikut:
- Gambaran gelombang T inversi dalam
- Pemanjangan interval QT
- Gelombang J atau gelombang U
- Sinus bradikardia atau sinus takikardia
- Atrial fibrilasi
- Ventricular tachycardia
- Kompleks atrium dan ventrikel prematur
-
Gambaran pacemaker atrium
Perlu diingat bahwa hasil EKG ini tidak bersifat diagnostik untuk perdarahan intrakranial. Gambaran EKG di atas hanya menunjukkan bahwa kelainan EKG tidak selalu diakibatkan oleh masalah pada jantung tetapi dapat juga diakibatkan oleh perdarahan intrakranial.
Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal dulunya dilakukan untuk mendiagnosa perdarahan subaraknoid pada perdarahan akut dengan hasil CT scan negatif. Walau demikian, studi menunjukkan bahwa hasil CT scan saat ini superior dibandingkan dengan pungsi lumbal dan lebih tidak berisiko sehingga pungsi lumbal tidak lagi disarankan untuk diagnosis perdarahan subaraknoid.
Pungsi lumbal juga dapat mendeteksi kondisi lain / penyakit penyerta yang tidak dapat ditemukan melalui pencitraan, seperti meningitis.[3,16]