Pendahuluan Stroke
Stroke didefinisikan sebagai sindrom klinis yang ditandai oleh manifestasi gangguan fungsi otak fokal atau global dalam kasus koma, yang berkembang cepat dan berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian tanpa penyebab yang jelas selain etiologi vaskular. Stroke diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Telah diperkirakan bahwa 60-80% dari semua kasus stroke adalah stroke iskemik.[1]
Stroke iskemik terjadi karena obstruksi pada pembuluh darah yang menyebabkan gangguan suplai darah ke otak. Sementara itu, stroke hemoragik terjadi karena ruptur pembuluh darah yang menyebabkan terkumpulnya darah di rongga intrakranial. Berdasarkan lokasi perdarahan, stroke hemoragik dapat diklasifikasikan menjadi perdarahan intraserebral atau perdarahan subarachnoid.[1,2]
Stroke iskemik dapat disebabkan oleh plak aterosklerosis atau emboli, dan dapat diperparah dengan hipertensi, diabetes, dan berbagai faktor risiko lain. Di lain pihak, stroke hemoragik umumnya berkaitan dengan pecahnya aneurisma atau adanya malformasi arterio-venosa.[1-3]
Diagnosis stroke perlu dicurigai pada pasien dengan gejala FAST (facial droop, arm weakness, slurred speech and time of onset) atau BEFAST (loss of balance, eyes disturbance, facial droop, arm weakness, and slurred speech). Apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia, stroke dicurigai jika pasien mengalami paralisis sebelah wajah, kelemahan tangan, bicara pelo, gangguan penglihatan, serta gangguan keseimbangan. CT scan kepala dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis.[1,4]
Penatalaksanaan stroke dilakukan berdasarkan jenis stroke. Pada stroke iskemik, penggunaan recombinant tissue plasminogen activator (rtPA) merupakan terapi pilihan yang sebaiknya dipertimbangkan untuk diberikan. Jika akan diberikan, rtPA harus dilakukan sedini mungkin, disarankan dalam 3-6 jam pertama onset stroke.
Pada stroke hemoragik, perdarahan yang terjadi dapat menyebabkan kompresi pada bagian otak di sekitarnya sehingga terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Penggunaan mannitol atau pembedahan dapat dipertimbangkan untuk mengatasi hal ini.[1,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Rainey Ahmad