Epidemiologi Stroke
Data epidemiologi stroke menunjukkan bahwa penyakit ini merupakan penyebab kematian kedua tertinggi di seluruh dunia. Di Indonesia, sekitar prevalensi stroke dilaporkan sebesar 10,9%.[9,12-15]
Global
Stroke iskemik dan hemoragik secara global menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah penyakit jantung iskemik. Stroke juga merupakan penyakit peringkat ketiga tertinggi penyebab disabilitas. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang paling sering dilaporkan.
Diperkirakan terdapat 12,2 juta orang di dunia menderita stroke setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, lebih dari 16% kasus stroke mengenai populasi usia 15-49 tahun dan lebih dari 62% pada usia di bawah 70 tahun. Setiap tahunnya, 47% stroke terjadi pada laki-laki dan 53% pada perempuan. Angka kematian stroke secara global per tahunnya dilaporkan sebesar 6,5 juta orang.[12,13]
Indonesia
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018 oleh Kementrian Kesehatan RI, prevalensi stroke adalah sebesar 10,9%. Sebanyak 713.783 orang menderita stroke setiap tahunnya. Kalimantan Timur merupakan provinsi dengan angka kejadian stroke tertinggi di Indonesia, yaitu sebanyak 9.696 atau sebesar 14,7% dari total penduduknya. Selain itu, penderita ditemukan paling banyak pada kelompok umur di atas 75 tahun.
Menurut Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2016, stroke merupakan penyebab kematian tertinggi, yaitu sebesar 19,9%.[14,15]
Mortalitas
Stroke menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian di dunia. Angka mortalitas tahunan mencapai 5,5 juta. Stroke juga memiliki morbiditas yang tinggi karena dapat mengakibatkan disabilitas kronis pada hingga 50% penderita. Pasien stroke dapat mengalami penurunan kemandirian bermakna, seperti kesulitan dalam melakukan aktivitas harian, mengalami hendaya kognitif, juga lebih rentan mengalami gangguan mental.
Pasien stroke juga lebih rentan terhadap infeksi. Infeksi ini dapat terjadi akibat adanya imobilitas ataupun gangguan imun. Jenis infeksi yang sering dialami pasien stroke antara lain pneumonia dan infeksi saluran kemih.[26]
Penulisan pertama oleh: dr. Rainey Ahmad