Epidemiologi Trigeminal Neuralgia
Menurut data epidemiologi, insiden trigeminal neuralgia berkisar antara 4,3–27 kasus baru per 100.000 orang per tahun. Penyakit ini lebih sering menyerang orang berusia >50 tahun, terutama orang yang berjenis kelamin perempuan.[1]
Global
Trigeminal neuralgia umumnya tidak menyerang anak-anak maupun remaja. Penyakit ini lebih sering mengenai orang berusia >50 tahun dengan predileksi pada jenis kelamin perempuan.[13]
Berdasarkan studi berbasis populasi, prevalensi seumur hidup dari trigeminal neuralgia adalah sekitar 0,16–0,3%. Rerata usia onset adalah 53 tahun untuk trigeminal neuralgia klasik dan 43 tahun untuk trigeminal neuralgia sekunder. Pada suatu studi di rumah sakit tersier, trigeminal neuralgia sekunder ditemukan pada 14–20% kasus trigeminal neuralgia.[1]
Studi juga menunjukkan bahwa 1% penderita multiple sclerosis mengalami trigeminal neuralgia. Sementara itu, sekitar 2% penderita trigeminal neuralgia mengalami multiple sclerosis. Trigeminal neuralgia juga berisiko terjadi pada penderita hipertensi.[14]
Indonesia
Saat ini belum ada data epidemiologi adekuat tentang trigeminal neuralgia di Indonesia. Studi epidemiologi nasional masih diperlukan.
Mortalitas
Trigeminal neuralgia umumnya tidak menyebabkan mortalitas. Namun, kondisi ini dapat menyebabkan morbiditas signifikan karena nyeri wajah kronis dan rekuren. Bila tidak ditangani, kondisi ini bisa berkembang menjadi sindrom nyeri kronis, yang dihubungkan dengan limitasi aktivitas sehari-hari, depresi, dan bahkan bunuh diri.[14]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur