Pendahuluan Dismenore
Dismenore atau dysmenorrhea didefinisikan sebagai menstruasi yang menyakitkan dan merupakan keluhan ginekologi paling umum terjadi, terutama pada wanita usia muda. Dismenore dapat terjadi dengan atau tanpa kondisi patologis tertentu, seperti endometriosis.
Dismenore diklasifikasikan sebagai dismenore primer dan sekunder. Dismenore primer adalah nyeri menstruasi yang tidak didasari kondisi patologis organik, dan biasanya terjadi pada beberapa tahun pertama setelah menarche. Diperkirakan 50% wanita pascapubertas pernah mengalami dismenore primer. Sedangkan dismenore sekunder adalah dismenore yang didasari keadaan patologis pelvis maupun kondisi medis lain, terutama endometriosis. Dismenore sekunder lebih banyak ditemukan pada wanita usia lebih tua (>25 tahun).[1–3,5]
Mekanisme timbulnya nyeri pada dismenore belum diketahui pasti, tetapi diduga karena hipersekresi prostaglandin dan leukotrien, serta peningkatan kontraktilitas pada uterus. Dismenore primer murni tidak memerlukan tes atau pemeriksaan penunjang spesifik.
Sedangkan dismenore sekunder dapat dicurigai bila dismenore berat segera setelah menarche atau dismenore yang progresif memburuk, abnormal uterine bleeding, infertilitas, tidak memberikan respons pada terapi medikamentosa, dan dispareunia. Selain itu, dismenore dengan riwayat keluarga endometriosis, anomali renal, maupun kelainan kongenital lainnya juga dapat dicurigai dismenore sekunder.[1–3,5]
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyelidiki etiologi apabila terdapat kecurigaan adanya dismenore sekunder. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan mencakup pemeriksaan laboratorium, USG abdomen atau USG transvaginal, histerosalpingografi, histeroskopi, atau laparoskopi.[1–3]
Tata laksana dismenore secara umum bertujuan untuk memperingan nyeri serta menghambat proses yang mendasari keluhan. Derajat keparahan dismenore dapat ditentukan berdasarkan skala nyeri dan tingkat keterbatasan aktivitas harian. Hal ini dapat menjadi panduan untuk menentukan strategi pengobatan. Terapi medikamentosa terutama adalah analgesik, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) misalnya ibuprofen atau naproxen, serta obat kontrasepsi hormonal seperti levonorgestrel.
Meskipun dismenore tidak mengancam jiwa, dismenore sering dikaitkan dengan dampak emosional, psikologis, dan fungsional yang signifikan. Hal ini dapat membebani wanita dan mengganggu kualitas hidupnya. Dismenore merupakan penyebab utama morbiditas ginekologi pada wanita usia subur tanpa memandang usia, etnis, dan status ekonomi.[1–3]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli