Epidemiologi Dispareunia
Data epidemiologi mengenai prevalensi dispareunia di dunia sangat bervariasi, yaitu berkisar 8%-21,8%. Hal ini disebabkan letak wilayah, budaya perilaku seksual setempat, juga dipengaruhi kondisi penyedia kesehatan.
Prevalensi dispareunia di Indonesia belum diketahui pasti, sedangkan di Asia terdapat penelitian prevalensi disfungsi seksual populasi adalah 29,6% dengan usia rata-rata 39 tahun dan meningkat sejak usia 50 tahun.[14-17]
Global
Berdasarkan hasil meta-analisis WHO mengenai prevalensi kasus nyeri seksual wanita secara global, angka prevalensi yang ditemukan berkisar antara 8-21,8 %. Angka yang bervariasi di berbagai negara tersebut bukan hanya dipengaruhi letak wilayah, tetapi juga berkaitan dengan budaya setempat terutama perilaku seksual dan kondisi penyedia kesehatan.
Variasi ini juga disebabkan oleh faktor-faktor penelitian yang menggunakan definisi kasus yang tidak konsisten, variasi dalam desain dan perilaku studi, serta perbedaan ukuran hasil yang digunakan untuk menilai dispareunia.[6,14,26]
Sebagai contoh, nyeri saat bersenggama dilaporkan sekitar 7,5% wanita yang aktif secara seksual di Inggris dan dikaitkan dengan keluhan lain seperti kekeringan pada vagina, kecemasan saat berhubungan seksual dan hilangnya gairah saat berhubungan seksual. Selain itu, prevalensi di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 10-20% dengan penyebab utama yang berbeda-beda dari tiap-tiap kelompok umur.[5,6]
Sidi et al. yang meneliti prevalensi disfungsi seksual dan faktor risiko yang berpotensi mengganggu fungsi seksual pada wanita-wanita di Malaysia, menunjukkan bahwa prevalensi disfungsi seksual pada populasi ini adalah 29,6% dengan usia rata-rata 39 tahun. Studi lain oleh Nicolosi et al. menyimpulkan prevalensi penurunan ketertarikan seksual, anorgasmia, dispareunia, dan berkurangnya kenikmatan seksual meningkat sejak usia 50 tahun pada wanita-wanita yang tinggal di Asia. [16,17]
Indonesia
Data prevalensi dispareunia ataupun keluhan bersenggama yang lain di Indonesia belum diketahui pasti mengingat hambatan sosiokultural dimana masyarakat masih tabu membicarakan masalah seks sehingga wanita enggan berbicara terbuka dengan pasangannya terlebih lagi untuk ke dokter.[7,15]
Mortalitas
Sampai sekarang belum terdapat data mengenai mortalitas akibat dispareunia. Evaluasi dan penanganan yang baik secara umum akan memberikan hasil yang memuaskan. Kondisi yang tidak ditangani biasanya memberikan efek yang buruk pada psikologis dan kualitas kehidupan seksual pasien.
Dapat juga terjadi komplikasi yang lebih serius bila dispareunia terjadi akibat penyakit yang lebih serius, misalnya keganasan panggul dan sebagainya.[2,18]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja