Diagnosis Hiperemesis Gravidarum
Tidak ada definisi maupun konsensus yang pasti untuk diagnosis hiperemesis gravidarum. Secara umum, diagnosis klinis hiperemesis gravidarum merujuk pada kasus mual dan muntah ekstrim saat kehamilan. Berdasarkan Royal College of Obstetricians and Gynecologists (RCOG), hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai mual muntah selama kehamilan yang menyebabkan dehidrasi signifikan, dibuktikan dengan ketonuria atau ketidakseimbangan elektrolit, disertai dengan penurunan berat badan setidaknya 5% dari berat badan sebelum hamil.[1-3,8]
Sebuah konsensus internasional mendefinisikan hiperemesis gravidarum mencakup 4 poin berikut:
- Gejala dimulai pada awal kehamilan, sebelum usia kehamilan 16 minggu
- Mual dan muntah, setidaknya satu di antaranya parah
- Ketidakmampuan untuk makan atau minum secara normal
- Batasan bermakna dalam aktivitas sehari-hari[26]
Anamnesis
Pada anamnesis awal, dokter perlu menanyakan usia kehamilan (biasanya trimester 1), onset keluhan mual dan muntah, tingkat keparahan, pola, serta faktor yang meringankan dan memperberat keluhan. Tanyakan pula mengenai kondisi medis dahulu, riwayat pembedahan, obat-obatan yang pernah dikonsumsi, riwayat alergi, reaksi tidak diinginkan dari obat, riwayat penyakit keluarga, serta asupan harian.
Beberapa pertanyaan lain yang perlu ditanyakan adalah riwayat gejala ginekologis, seperti perdarahan vagina atau spotting, riwayat kehamilan, penggunaan kontrasepsi, dan respon terhadap kontrasepsi oral. Selain itu, dokter juga perlu mencoba mengidentifikasi penyebab hiperemesis, misalnya dengan mengevaluasi adanya gejala kehamilan mola atau hamil kembar.[1-3]
Mual dan Muntah
Gejala utama dari hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah. Gejala lainnya yang umum ditemui meliputi ptialisme (hipersalivasi), kelelahan, kelemahan, dan pusing.
Untuk membantu mendefinisikan, mengukur dan mengevaluasi kondisi hiperemesis, telah dikembangkan sebuah kuesioner bernama PUQE (Pregnancy-Unique Quantification of Emesis). Kuesioner ini berisi 3 pertanyaan terkait jangka waktu mual, muntah, dan muntah kering (retching), serta 1 pertanyaan untuk mengukur kualitas hidup fisik dan psikologis global.
Awalnya, kuesioner ini hanya mengevaluasi gejala yang berlangsung selama 12 jam, namun kuesioner ini telah dimodifikasi untuk mencakup 24 jam dan keseluruhan trimester awal kehamilan. Skor PUQE telah divalidasi dan berkorelasi dengan ketidakmampuan untuk mengonsumsi suplemen besi, risiko rawat inap akibat hiperemesis gravidarum atau mual muntah berat selama hamil, peningkatan biaya perawatan medis akibat kondisi ini dan penurunan kesejahteraan atau kualitas hidup.[3,14]
Tabel 1. 24-Hour Pregnancy-Unique Quantification of Emesis (PUQE-24) Index
Skor | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
Dalam 24 jam terakhir, berapa lama Anda merasa mual? | Tidak sama sekali | 1 jam atau kurang | 2-3 jam | 4-6 jam | Lebih dari 6 jam |
Dalam 24 jam terakhir, berapa kali Anda muntah? | Tidak sama sekali | 1-2 kali | 3-4 kali | 5-6 kali | 7 atau lebih |
Dalam 24 jam terakhir, berapa kali Anda muntah kering tanpa mengeluarkan apa-apa? | Tidak sama sekali | 1-2 kali | 3-4 kali | 5-6 kali | 7 atau lebih |
Interpretasi skor:
- ≤6 ringan,
- 7-12 sedang,
- 13-15 berat[1-3,14,15]
Gejala Lainnya
Selain mual dan muntah, pasien hiperemesis gravidarum juga dapat mengalami gangguan tidur, hiperolfaksi, disgeusia, dan penurunan ketajaman gustatori. Gejala mual muntah juga bisa menyebabkan gangguan mood¸ termasuk gelisah, depresi, mudah marah, dan penurunan konsentrasi.
Pasien hiperemesis gravidarum juga mengalami gejala dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Hal ini mencakup mulut kering, pusing, lesu, berdebar, dan lemas.[1-3]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, temuan utama pada pasien hiperemesis gravidarum adalah tanda dehidrasi dan penurunan berat badan.[1-3]
Tanda Vital
Pada pasien yang mengalami dehidrasi, dapat ditemukan penurunan tekanan darah atau hipotensi ortostatik disertai peningkatan laju nadi. Apabila pasien mengalami syok hipovolemik, dapat pula terjadi penurunan kesadaran.
Status Hidrasi
Status hidrasi juga perlu diperiksa. Dehidrasi ditandai dengan membran mukosa yang kering dan turgor kulit menurun.
Status Nutrisi
Pasien hiperemesis gravidarum dapat mengalami penurunan berat badan melebihi 5% dari berat badan sebelum hamil. Pada kasus yang berat, ibu dapat mengalami malnutrisi.
Kehamilan
Perkembangan kehamilan juga perlu diperiksa sesuai dengan usia kehamilannya. Apabila sudah dapat terdeteksi, denyut jantung janin dapat diperiksa menggunakan fetoskop atau alat Doppler. Awasi adanya tanda-tanda komplikasi kehamilan lain, termasuk perdarahan pervaginam atau spotting.[1–3]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding hiperemesis gravidarum adalah infeksi saluran kemih, gastroenteritis, dan gastroesophageal reflux disease (GERD).[1-3]
Morning Sickness
Hiperemesis gravidarum perlu dibedakan dengan morning sickness atau emesis gravidarum. Pada morning sickness, gejala mual muntah lebih ringan dan tidak menyebabkan gangguan kehamilan, dehidrasi, ataupun penurunan berat badan.[19]
Infeksi Saluran Kemih pada Kehamilan
Infeksi saluran kemih sering terjadi pada ibu hamil. Infeksi ini paling sering disebabkan oleh Escherichia coli. Pasien dengan infeksi saluran kemih dapat bergejala maupun tidak. Gejala pada pasien ibu hamil yang mengalami infeksi saluran kemih mencakup demam, menggigil, nyeri pinggang, nyeri suprapubik, dan disuria. Gejala lain yang sering muncul adalah malaise, anoreksia, mual, dan muntah. Untuk membedakan dengan hiperemesis gravidarum, dapat dilakukan urinalisis.[16]
Gastroenteritis pada Kehamilan
Pada ibu hamil, gastroenteritis infeksius dapat terjadi dengan gejala menyerupai hiperemesis gravidarum. Selain mual dan muntah, pasien gastroenteritis juga mengalami diare, anoreksia, malaise, demam, dan dehidrasi. Pemeriksaan tinja dapat membantu membedakan dengan hiperemesis gravidarum. Pada urinalisis juga tidak ditemukan benda keton.[17]
Gastroesofageal Reflux Disease (GERD)
Peningkatan hormon progesteron pada kehamilan dapat menyebabkan keluhan mual muntah dan GERD, sedangkan peningkatan prostaglandin dapat menyebabkan diare. Gejala berupa rasa panas terbakar pada dada (heartburn), regurgitasi isi lambung, disfagia, batuk, serak, nyeri tenggorokan, serta mual dan muntah. Penegakan diagnosis, bisa dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan endoskopi. Pasien GERD umumnya tidak mengalami dehidrasi ataupun penurunan berat badan seperti pada hiperemesis.[18]
Pemeriksaan Penunjang
Hiperemesis gravidarum dapat didiagnosis secara klinis. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengetahui penanda dehidrasi seperti adanya badan keton, serta mengevaluasi kehamilan.[1-3]
Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis dan kultur urine dapat dikerjakan untuk mengetahui status hidrasi dan mengevaluasi adanya infeksi saluran kemih. Pemeriksaan keton urine menggunakan dipstick dapat menunjukkan ketonuria.[1-3,20]
Uji Fungsi Hati
Sebagian penderita hiperemesis gravidarum mengalami peningkatan transaminase. Peningkatan enzim hati yang signifikan dapat menunjukkan adanya gangguan hepar seperti hepatitis atau cedera hepar.[1-3]
Ultrasonografi (USG)
USG kehamilan dapat dilakukan untuk mengevaluasi kehamilan multipel atau penyakit trofoblastik. USG juga dilakukan untuk mengevaluasi perkembangan dan kesejahteraan janin, termasuk menilai denyut jantung janin dan potensi komplikasi kehamilan.[1–3]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani