Diagnosis Mola Hidatidosa
Diagnosis mola hidatidosa ditegakkan pada trimester pertama, dengan gejala yang paling sering muncul adalah perdarahan pervaginam abnormal. Selain dengan pemeriksaan fisik, konfirmasi diagnosis mola hidatidosa ditetapkan melalui pemeriksaan penunjang laboratorium dan pemeriksaan radiologi.[2]
Anamnesis
Pada anamnesis, sangat penting untuk menanyakan status obstetri pasien, seperti hari pertama haid terakhir (HPHT), riwayat gestasi, dan riwayat kehamilan sebelumnya
Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam kerap kali menjadi keluhan utama yang menyebabkan pasien datang ke rumah sakit. Gejala perdarahan ini biasanya muncul pada trimester pertama, dengan rata-rata terjadi pada usia kehamilan 12-14 minggu.
Volume perdarahan yang terjadi dapat bervariasi, sebagian muncul sedikit-sedikit dan bersifat intermiten. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang datang dengan perdarahan hebat hingga menyebabkan syok dan kematian.[2,7]
Gejala yang Menyertai Kehamilan
Selanjutnya, perlu ditanyakan lebih lengkap keluhan yang saat ini dialami pasien. Pada mulanya, gejala mola hidatidosa tidak berbeda dengan kehamilan normal, misalnya mual, muntah, dan pusing.
Hanya saja, derajat keluhan yang dirasakan seringkali lebih hebat. Pasien dengan mola hidatidosa cenderung mengalami hiperemesis gravidarum akibat tingginya kadar hCG dalam darah.[1,2,7]
Gejala Berat
Mola hidatidosa yang terlambat didiagnosis (misalnya pada usia kehamilan 14-16 minggu) dapat disertai dengan gejala dan tanda hipertiroidisme seperti takikardia dan tremor. Selain itu, mola hidatidosa dapat berkaitan dengan kemunculan preeklampsia dini.
Pada beberapa kasus yang sangat jarang terjadi, pasien datang dengan distres napas berat akibat emboli paru yang dikarenakan jaringan trofoblas masuk ke sirkulasi darah hingga ke paru.
Mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein, baik unilateral maupun bilateral. Umumnya kista menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan. Kasus mola dengan kista lutein memiliki risiko 4 kali lebih besar untuk menjadi keganasan di kemudian hari dibandingkan kasus mola tanpa kista.[5-7]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, lebih dari 50% mola hidatidosa muncul dengan ukuran uterus yang lebih besar bila dibandingkan usia kehamilan. Hal ini disebabkan perkembangan mola hidatidosa yang lebih pesat sehingga pada umumnya uterus tampak lebih besar dari usia kehamilan. Meskipun demikian, pada kasus dying mole, dapat ditemukan uterus yang berukuran lebih kecil atau sama besar dengan usia kehamilan dikarenakan perkembangan jaringan trofoblas yang tidak begitu aktif. [1,5]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding mola hidatidosa berkaitan dengan gejala perdarahan pervaginam di antaranya adalah abortus komplit, abortus inkomplit, abortus akibat inkompetensi serviks. Hanya saja, ketiganya biasanya tidak mengakibatkan peningkatan kadar serum hCG yang signifikan.
Pemeriksaan USG juga mampu membedakan perdarahan pervaginam akibat abortus dengan perdarahan pervaginam akibat mola hidatidosa. Gejala mual muntah hebat yang terjadi pada hiperemesis gravidarum dapat pula terjadi pada pasien dengan mola hidatidosa sehingga harus selalu dipikirkan kemungkinannya.[5,9]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada mola hidatidosa meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang berperan penting dalam penegakkan diagnosis mola hidatidosa adalah ultrasonografi (USG).
Pada mola hidatidosa komplit, temuan khas yang didapatkan melalui pemeriksaan USG adalah massa heterogen pada kavum uteri dengan daerah anekoik multipel, atau sering dikenal sebagai “snowstorm appearance” atau “honeycomb appearance”.
Gambaran daerah anekoik yang muncul sebenarnya berasal dari vili hidropik. Selain itu, tidak ditemukan adanya embrio atau janin serta tidak terdapat cairan amnion.
Pada mola hidatidosa parsial dapat ditemukan gambaran janin, cairan amnion, serta pembesaran plasenta, disertai dengan cystic spaces atau dikenal dengan sebutan “swiss cheese appearance”. Pada 20-50% kasus ditemukan massa kistik multilokuler di daerah adneksa yang merupakan kista teka-lutein.[1,7,8]
Gambar 1. Gambaran USG Mola Hidatidosa. (Sumber: Lima L et al, Openi, 2016)
Pemeriksaan Laboratorium
Secara umum, pada pasien hamil yang mengalami perdarahan pervaginam harus diperiksa darah perifer lengkap serta kadar hCG serum secara kuantitatif. Peningkatan kadar hCG serum hingga >100.000 seringkali ditemukan pada mola hidatidosa komplit. Sementara itu pada mola hidatidosa parsial, kadar hCG serum dapat saja ditemukan normal.
Melalui pemeriksaan darah perifer lengkap, dapat diketahui kadar hemoglobin dan trombosit pasien. Bila ada tanda anemia, dapat dilakukan penatalaksanaan segera. Selain itu, pemeriksaan golongan darah dan rhesus perlu dilakukan mengingat sebagian pasien dengan mola hidatidosa mengalami perdarahan berat hingga syok yang dapat memerlukan transfusi darah.
Pada kasus yang cukup jarang, bisa muncul tanda-tanda hipertiroidisme akibat mola hidatidosa. Pada keadaan ini perlu dilakukan pemeriksaan hormon tiroid. Pemeriksaan fungsi liver, fungsi ginjal, dan urinalisis dapat pula dilakukan bila terdapat tanda-tanda preeklampsia dini.[6-8]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri