Etiologi Blefaritis
Etiologi blefaritis melibatkan kombinasi faktor seperti disfungsi kelenjar meibom, infeksi bakteri, peradangan, dan gangguan kulit kelopak mata seperti rosacea yang menyebabkan peradangan dan iritasi pada kelopak mata.[1-3]
Etiologi Blefaritis Akut
Blefaritis akut dibagi menjadi ulseratif dan non-ulseratif. Blefaritis akut ulseratif biasa disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcal atau infeksi virus herpes simpleks atau varicella zoster. Blefaritis akut non-ulseratif biasanya disebabkan oleh reaksi alergi.[1]
Etiologi Blefaritis Kronis
Blefaritis kronis dapat diklasifikasikan menurut lokasinya. Blefaritis anterior dapat disebabkan oleh infeksi Staphylococcal, rosacea, atau dermatitis seboroik. Blefaritis posterior bisa disebabkan oleh gangguan kelenjar meibom, yakni kelenjar meibom mengeluarkan terlalu banyak sekret hingga akhirnya membentuk gumpalan dan menyumbat duktus dari kelenjar. Blefaritis anterior dan posterior juga dapat disebabkan oleh kutu pada bulu mata yang dikenal sebagai demodex.[1]
Demodex folliculorum adalah sebuah parasit yang dapat teridentifikasi pada 30 persen pasien dengan blefaritis anterior kronis yang dapat mempengaruhi pangkal dari bulu mata. Demodex brevis dikaitkan dengan penyakit blefaritis posterior, yang mana kutu ini tinggal di dalam kelenjar meibom.[3]
Faktor Risiko
Mata kering, adanya kelainan kulit, serta demodicosis merupakan beberapa faktor risiko blefaritis.[4]
Mata Kering
Sekitar 50% pasien dengan blefaritis memiliki gangguan mata kering. Penurunan dari kualitas air mata seperti lisozim dan imunoglobulin menyebabkan gangguan integritas lapisan air mata dan membuat mata menjadi rentan terhadap infeksi bakteri.[4]
Gangguan Kulit
Rosacea dilaporkan terdapat pada 20% hingga 42% pasien dengan blefaritis. Dermatitis seboroik juga ditemukan pada 33% hingga 46% kasus blefaritis.[4]
Demodicosis
Demodicodis atau infeksi dari demodex ditemukan pada 30% kasus blefaritis. Infestasi dari kutu jenis demodex ini dapat menyebabkan tersumbatnya kelenjar sehingga memicu terjadinya respon inflamasi,[4]
Usia
Disfungsi kelejar meibom merupakan salah satu etiologi blefaritis. Kondisi ini ditemukan lebih meningkat kejadiannya setelah usia 50 tahun.[9]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan