Pendahuluan Hifema
Hifema merupakan suatu penyakit mata berupa kondisi akumulasi sel darah merah pada bilik mata depan atau anterior. Akumulasi darah disebabkan oleh karena disrupsi pembuluh darah iris atau badan siliar, biasanya karena adanya trauma atau terjadi spontan akibat kondisi medis tertentu yang mendasari.
Hifema merupakan kondisi kegawatdaruratan medis karena komplikasi dari hifema, terutama glaukoma, yang tidak tertangani dengan baik bisa menyebabkan terjadinya kehilangan penglihatan.
Penyebab paling sering adalah trauma mata tumpul. Beberapa kondisi medis yang dapat meningkatkan risiko hifema adalah leukemia, hemofilia, dan penggunaan obat yan dapat menginhibisi platelet, seperti warfarin dan aspirin.[1]
Berdasarkan data epidemiologi mengenai hifema, didapatkan insidensi hifema akibat trauma adalah 12 dari 100.000 penduduk, dan 70% diantaranya merupakan pasien anak.. Pada anamnesis, pasien biasanya datang dengan keluhan perdarahan pada mata setelah trauma mata, yang dapat disertai penurunan penglihatan, nyeri tumpul pada daerah sekitar mata, mual, dan muntah.[1,2,6]
Diagnosis hifema dapat dilihat melalui inspeksi langsung atau melalui pemeriksaan slit lamp. Dokter juga harus menentukan derajat hifema berdasarkan seberapa luas akumulasi darah pada bilik anterior.[2]
Penatalaksanaan hifema bergantung pada derajat hifema, mulai dari tirah baring, penggunaan obat-obatan topikal seperti atropin sulfat pada golongan midriatik dan siklopegik, asam traneksamat pada golongan antifibrinolitik, kortikosteroid topikal, dan timolol atau acetazolamid untuk mencegah glaukoma.
Pasien dengan hifema juga dapat diindikasi pembedahan apabila terdapat hifema derajat 4, peningkatan dengan/atau tekanan intraokular (TIO) yang menetap, adanya corneal blood staining, sesuai dengan kriteria Read dan Goldberg.
Prognosis hifema bervariasi, bergantung pada trauma dan penyakit yang mendasari.[1-3]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja